Sebuah rumah biasanya belum lengkap tanpa asesoris berupa pagar yang mengelilingi rumah tersebut. Apakah pagar itu berupa tembok yang tinggi, pagar bambu, pagar trails, atau bahkan sekedar pagar dari tanaman. Semua itu pada dasarnya memiliki fungsi yang sama yaitu untuk keamanan atau pembatas rumah bahkan juga sebagai asesoris untuk mempercantik penampilan sebuah rumah.
Untuk di kota besar pada umumnya rumah sudah harus berpagar dengan alasan keamanan, mungkin memang di kota besar cenderung lebih tidak aman dibanding di kampung. Tidak hanya itu saja, pagar rumah dikota besar bisa saja melambangkan sebuah keangkuhan dan sarana isolasi diri dari lingkungan sekitar atau bahkan tetangga sebelah rumah. Yaa..terserah cara mengartikanya bagaimana.
Memang tidak dapat dipungkiri jikalau manusia merasa selalu ingin dirinya atau penghuni rumah dan seisinya mendapatkan rasa aman, dan berlindung di sebuah benteng berupa pagar rumah yang kokoh. Tetapi manakala makna pagar itu berubah menjadi symbol sebuah keangkuhan dan degradasi dalam bersosialisasi, maka rusaklah tatanan nilai-nilai kemanusiaan dimana manusia itu adalah mahluk sosial.
Rasa aman memang perlu, tetapi tidak harus merusak sistim dan tatanan nilai-nilai kemanusiaan. Pagar rumah itu adalah benda mati, mau dibangun setinggi apapun atau sekuat apapun, maka dia tetap benda mati yang tidak dapat berinteraksi layaknya mahluk sosial yang mampu berfikir.
No comments:
Post a Comment