
Manusia
itu pada dasarnya diciptakan Tuhan di dunia ini adalah sama, keyakinan ini berlaku
bagi siapa saja yang mempercayai bahwa Tuhan itu ada. Tak penting apakah dia
lahir dari golongan kaya, miskin, ningrat ataupun rakyat jelata, semuanya tak
dibeda-bedakan dihadapan Tuhan.
Dalam
sebuah proses penciptaan alam semesta beserta isinya termasuk manusia, Tuhan
sudah membuat sebuah hukum dan aturan yang semuanya itu berkolaborasi dengan
alam semesta, makanya ada yang disebut hukum alam. Ketika setiap manusia dihadirkan
ke dunia ini, maka kehadiran dirinya menyatu dengan hukum alam yang akan
berlaku padanya, yang artinya akan menjadi seperti apa selama hidupnya didunia
nanti merupakan campur tangan hukum alam yang sudah tercipta dan melekat pada
dirinya.
Hukum
alam akan merespon setiap gerak langkah, prilaku, pemikiran dan karakternya
semasa hidup. Tak bisa dipungkiri ketika seseorang menjadi sukses dalam kehidupannya
akan terkait dengan apa yang telah dilakukan sebelum-sebelumnya. Ketika seseorang
menjadi buruk kehidupanya, juga terkait dengan prilaku serta perbuatan yang
dilakukan sebelumnya. Jika dalam budaya reinkarnasi, seseorang yang berbuat baik saat ini dipercaya
akan hidup kembali dimasa yang akan datang dengan menuai kebaikan-kebaikan
sebelumnya.
Dalam
sebuah kehidupan dunia, terkadang ungkapan sederhana bahwa, “Tuhan menciptakan
manusia itu sama”, hanya dijadikan semacam bahasa kiasan yang dipercayai dan
diyakini, namun kepercayaan dan keyakinan itu hanya sebatas simbolik religius semata
dan tidak mengakar dalam nurani, sehingga terciptalah sebuah
tingkatan-tingkatan atau golongan-golongan kasta yang menyiratkan bahwa manusia
itu tercipta memang beda. Bukan men generalisir, namun apa yang tersirat
terkadang beda dengan apa yang tersurat.
Seseorang
dengan latar belakang keluarga ningrat mungkin ada semacam persepsi ke engganan
bergaul dengan level kasta yang jauh dibawahnya, “Engga Level “ katanya. Seseorang
dengan jabatan tinggi tertentu mungkin ada yang menggangap bahwa bergaul dengan
level tertentu yang jauh dibawahnya akan menjatuhkan wibawanya. Seseorang dengan
level pendidikan tinggi, menjadi malas jika bertukar pendapat dengan orang yang
berpendidikan rendah. Namun itulah realitas kehidupan yang secara sosial sudah terstruktur
untuk ada dinding pembeda.
Lalu
dimanakah peran hukum alam yang terkait erat pada gerak langkah dan prilaku setiap
manusia ?
Ketika
sebuah kasta atau tingkatan tatanan struktur manusia tercipta untuk
membeda-bedakan manusia, maka akan menumbuhkan sebuah sifat yang tentu saja
merugikan bagi kasta terbawah secara opini. Dan dari sudut opini saja sudah
dirugikan apalagi secara realitas. Ada kalanya seseorang pada kasta yang tinggi
tidak menutup kemungkinan muncul benih sifat arogan karena merasa memiliki
jabatan, kekuasaan atau kekayaan, sehingga sifat ini akan direspon cepat oleh
alam karena ke aroganan sifat tersebut. Cara alam merespon nya pun
bermacam-macam. Mulai dari munculnya sebab dari kearoganan tersebut yaitu ketidak
suka an atau kebencian pihak lain, bahkan ada pihak-pihak yang meluapkan
kebencian itu melalui cara-cara yang lebih keras. Itulah cara alam merespons
setiap gerak langkah kita melalui berbagai peristiwa.
Jangan
dikira sesuatu yang terjadi pada diri kita itu adalah sebuah kebetulan belaka. Disana
ada campur tangan Tuhan melalui hukum alam Nya. Ketika seseorang merintis karir
dari bawah hingga sukses menduduki jabatan tertentu, maka itu adalah akumulasi
dari seluruh kegiatan, pemikiran dan usaha yang dilakukan sebelumnya sehingga proses
hukum alam pun bekerja. Mengenai apakah kesuksesanya menduduki jabatan tertentu
itu dengan secara salah atau benar, maka hukum alam pun akan merespon keduanya
di kemudian hari secara proporsional juga, karena salah atau benar itu
meninggal kan jejak sejarah yang terbaca oleh alam.
Kasta
kehidupan memang realita yang ada dan terjadi di dunia. Tercipta tentu bukan
untuk sebuah maksud buruk namun untuk sebuah keteraturan. Namun ketika kasta
itu menjadi dinding pemisah antara manusia, maka ini sudah tidak selaras dengan
teori dasar penciptaan manusia. Dan siapapun yang menyalahgunakan kasta
tersebut, maka akan berhadapan dengan hukum alam yang secara teliti tanpa cela merespon
apapun tindakan dan prilaku manusia, apakah itu baik atau buruk. Dan ingatlah
bahwa siapapun manusia itu dan dari kalangan serta jabatan apapun semasa hidup,
namun ketika mati hanya liang lahat 2 x 1 meter yang dibutuhkan nya, dan itulah
teori dasar kehidupan yang ahirnya nyata terjadi dikala manusia mati. Trimakasih (WD)
No comments:
Post a Comment