Friday 21 February 2014

KASTA KEHIDUPAN



Manusia itu pada dasarnya diciptakan Tuhan di dunia ini adalah sama, keyakinan ini berlaku bagi siapa saja yang mempercayai bahwa Tuhan itu ada. Tak penting apakah dia lahir dari golongan kaya, miskin, ningrat ataupun rakyat jelata, semuanya tak dibeda-bedakan dihadapan Tuhan.


Dalam sebuah proses penciptaan alam semesta beserta isinya termasuk manusia, Tuhan sudah membuat sebuah hukum dan aturan yang semuanya itu berkolaborasi dengan alam semesta, makanya ada yang disebut hukum alam. Ketika setiap manusia dihadirkan ke dunia ini, maka kehadiran dirinya menyatu dengan hukum alam yang akan berlaku padanya, yang artinya akan menjadi seperti apa selama hidupnya didunia nanti merupakan campur tangan hukum alam yang sudah tercipta dan melekat pada dirinya.

Hukum alam akan merespon setiap gerak langkah, prilaku, pemikiran dan karakternya semasa hidup. Tak bisa dipungkiri ketika seseorang menjadi sukses dalam kehidupannya akan terkait dengan apa yang telah dilakukan sebelum-sebelumnya. Ketika seseorang menjadi buruk kehidupanya, juga terkait dengan prilaku serta perbuatan yang dilakukan sebelumnya. Jika dalam budaya reinkarnasi,  seseorang yang berbuat baik saat ini dipercaya akan hidup kembali dimasa yang akan datang dengan menuai kebaikan-kebaikan sebelumnya.

Dalam sebuah kehidupan dunia, terkadang ungkapan sederhana bahwa, “Tuhan menciptakan manusia itu sama”, hanya dijadikan semacam bahasa kiasan yang dipercayai dan diyakini, namun kepercayaan dan keyakinan itu hanya sebatas simbolik religius semata dan tidak mengakar dalam nurani, sehingga terciptalah sebuah tingkatan-tingkatan atau golongan-golongan kasta yang menyiratkan bahwa manusia itu tercipta memang beda. Bukan men generalisir, namun apa yang tersirat terkadang beda dengan apa yang tersurat.

Seseorang dengan latar belakang keluarga ningrat mungkin ada semacam persepsi ke engganan bergaul dengan level kasta yang jauh dibawahnya, “Engga Level “ katanya. Seseorang dengan jabatan tinggi tertentu mungkin ada yang menggangap bahwa bergaul dengan level tertentu yang jauh dibawahnya akan menjatuhkan wibawanya. Seseorang dengan level pendidikan tinggi, menjadi malas jika bertukar pendapat dengan orang yang berpendidikan rendah. Namun itulah realitas kehidupan yang secara sosial sudah terstruktur untuk ada dinding pembeda.

Lalu dimanakah peran hukum alam yang terkait erat pada gerak langkah dan prilaku setiap manusia ?

Ketika sebuah kasta atau tingkatan tatanan struktur manusia tercipta untuk membeda-bedakan manusia, maka akan menumbuhkan sebuah sifat yang tentu saja merugikan bagi kasta terbawah secara opini. Dan dari sudut opini saja sudah dirugikan apalagi secara realitas. Ada kalanya seseorang pada kasta yang tinggi tidak menutup kemungkinan muncul benih sifat arogan karena merasa memiliki jabatan, kekuasaan atau kekayaan, sehingga sifat ini akan direspon cepat oleh alam karena ke aroganan sifat tersebut. Cara alam merespon nya pun bermacam-macam. Mulai dari munculnya sebab dari kearoganan tersebut yaitu ketidak suka an atau kebencian pihak lain, bahkan ada pihak-pihak yang meluapkan kebencian itu melalui cara-cara yang lebih keras. Itulah cara alam merespons setiap gerak langkah kita melalui berbagai peristiwa.

Jangan dikira sesuatu yang terjadi pada diri kita itu adalah sebuah kebetulan belaka. Disana ada campur tangan Tuhan melalui hukum alam Nya. Ketika seseorang merintis karir dari bawah hingga sukses menduduki jabatan tertentu, maka itu adalah akumulasi dari seluruh kegiatan, pemikiran dan usaha yang dilakukan sebelumnya sehingga proses hukum alam pun bekerja. Mengenai apakah kesuksesanya menduduki jabatan tertentu itu dengan secara salah atau benar, maka hukum alam pun akan merespon keduanya di kemudian hari secara proporsional juga, karena salah atau benar itu meninggal kan jejak sejarah yang terbaca oleh alam.


Kasta kehidupan memang realita yang ada dan terjadi di dunia. Tercipta tentu bukan untuk sebuah maksud buruk namun untuk sebuah keteraturan. Namun ketika kasta itu menjadi dinding pemisah antara manusia, maka ini sudah tidak selaras dengan teori dasar penciptaan manusia. Dan siapapun yang menyalahgunakan kasta tersebut, maka akan berhadapan dengan hukum alam yang secara teliti tanpa cela merespon apapun tindakan dan prilaku manusia, apakah itu baik atau buruk. Dan ingatlah bahwa siapapun manusia itu dan dari kalangan serta jabatan apapun semasa hidup, namun ketika mati hanya liang lahat 2 x 1 meter yang dibutuhkan nya, dan itulah teori dasar kehidupan yang ahirnya nyata terjadi dikala manusia mati.  Trimakasih (WD)           

No comments:

Post a Comment