Tuesday 25 February 2014

GRAFIK SPIRITUALITAS



Namanya juga hidup, ibarat bagian dari roda yang bergerak, berjalan dan berputar, terkadang posisi dibawah terkadang diatas, pun terkadang roda itu melindas tokai. Tak selamanya hidup itu selalu indah, pun juga tak selamanya buruk. Semua terjadi berproses sesuai dengan kodrat alam semesta.


Dalam berputarnya roda kehidupan, setiap yang hidup tentu akan mengalami berbagai pengalaman, baik itu pengalaman sebagai pembelajaran, sebagai ujian dan sebagai bagian dari tujuan. Ketika hidup sudah berproses, maka proses itu tentu tidak serta merta berjalan mulus sesuai dengan keinginan kita.

Hidup memang sejatinya tidak hanya sekedar hidup untuk menjalani kodrat dan rutinitas sebagai manusia yang di kirim ke dunia. Tidak hanya sebatas human life cycle yang dimulai dilahirkan, dibesarkan, masa kanak-kanak, dewasa, menikah, tua dan mati. Tetapi ada celah-celah spiritual yang terselip diantara human life cycle tersebut. Ketika bayi hingga kanak-kanak,  segala macam ilmu diajarkan termasuk juga budi pekerti dan keimanan kepada Yang Maha Esa. Kecerdasan dan intelektualitas semakin hari semakin meningkat, tentu juga kecerdasan spiritual yang diajarkan oleh para guru dan orang tua.

Seiring dengan kedewasaan dan kestabilan mental, maka dukungan kekuatan spritualitas pun harusnya juga stabil bahkan yang namanya keyakinan dan energy spiritual harusnya selalu meningkat. Namun kembali lagi, namanya juga hidup, apalagi yang hidup itu adalah manusia tempatnya khilaf.  

Ketika kata khilaf itu ada, tentunya berhubungan dengan kesalahan pertama yang diperbuat. Mungkin karena ketidak tahuan, ke awaman sebagai manusia dan lain-lain. Namun ketika khilaf berbutut sebuah kesalahan dan dosa, tentu akan berhubungan dengan tingkat keimanan seseorang. Adakalanya seseorang yang sudah bagus tingkat keimananya pun masih berbuat khilaf, lalu bagaimana kadar kualitas keimananya itu ?

Ketika kita yakin dengan sebuah prinsip dalam agama apapun bahwa mencuri itu dosa karena merugikan orang lain bahkan bisa orang banyak yang dirugikan, sebagai orang yang beragama dan tahu larangan-larangan agama, tentunya kita tidak akan melakukanya kalo kita memang haqul yakin. Namun ketika kita yakin itu dosa, akan tetapi kita masih melakukanya bahkan berulang-ulang tetap dilakukan, maka yang terjadi sejatinya adalah KITA TIDAK YAKIN. Kita tidak yakin dan percaya bahwa mencuri itu dosa, padahal itu larangan semua ajaran agama, dan agama itu berpusat kepada sang maha pencipta. Dengan kata lain apakah kita masih mempercayai sang pembuat larangan ?

Dalam semua agama mengajarkan bahwa Tuhan melarang manusia untuk zolim, menyakiti dan menganiaya orang lain, ketika pemahaman manusia itu sudah sama dan sudah yakin, berarti tidak akan ada orang yang terzolimi dan tersakiti didunia ini, tapi kenyataanya masih banyak orang yang tersakiti dan teraniaya. Artinya meskipun pelakunya beragama dan bertuhan, tetapi ia mengabaikan perintah-perintah itu. Maka pengabaian perintah ini bisa ditafsirkan sebuah pembelotan dan ketidak percayaan kepada sang pembuat perintah.  

Tingkat spiritual seseorang memang berbeda-beda, juga kadar godaanya. Semakin tinggi spiritual seseorang, godaanya pun semakin tinggi, makanya tak jarang seseorang yang menjadi panutan umat pun bisa jatuh dalam gelimang dosa. Seberapapun tingkat spiritual seseorang, mereka tetaplah manusia biasa yang punya hasrat dan hawa nafsu. Kadar spritualitasnya pun bisa turun naik sesuai dengan godaan hidup.

Adakalanya saat kadar spiritual sedang dalam kondisi baik, maka apapun godaan buruk duniawi tidak akan sanggup menggoyakkan keimananya karena keyakinan dan kepercayaannya kepada Tuhan. Tapi manakala kadar spiritual sedang dalam kondisi tidak baik karena godaan duniawi, maka apa pun yang dilarang bahkan malah dilakukan.

Kalo dalam istilah elektronika, ada sebuah alat yang disebut stabilizer yang berfungsi untuk menjaga arus listrik agar grafik output listrik yang dihasilkan menjadi stabil sehingga tidak merusak peralatan elektronik. Lalu bagaimana dengan keimanan dan spiritual manusia ?. andai saja alat itu bisa dipasang di tubuh manusia.

Dalam diri setiap manusia itu ada kekuatan spiritual yang dahsyat yang bisa membawa manusia kepada tingkat spiritual tertinggi yaitu kekuatan kesadaran roh. Secara logika manusia itu tahu perbuatan yang baik dan buruk dan secara sederhananya adalah lakukan perbuatan yang baik dan jauhi perbuatan yang buruk. Namanya juga kesadaran roh, sesuatu yang dilakukan dengan penuh kesadaran yang bersumber dari roh kita itu adalah baik, karena roh kita berasal dari Tuhan dan hanya roh itulah sarana kita dapat berkomunikasi langsung dengan Tuhan.

Contoh sederhana adalah, ketika kita hendak melakukan sesuatu yang sebenarnya kita tahu bahwa itu tidak boleh dilakukan karena dosa, sebenarnya ini adalah bukan semata-mata tentang pengetahuan kita tentang hal yang boleh atau tidak boleh dilakukann, namun sebenarnya itu adalah petunjuk, pesan dan bisikan kesadaran roh kita yang berasal dari Tuhan. Namun ketika kita tetap melakukanya berarti kita telah membunuh kesadaran roh kita. Maka tak heran ketika rumah-rumah ibadah dipenuhi para pencari Tuhan, doa-doa dan ibadah siang dan malam kita panjatkan, namun kesadaran roh itu tidak ditumbuhkan, maka doa dan ibadah itu ibarat ritual fisik belaka.


Kesadaran roh itu ibarat cakra mahkota kita yang harus selalu terbuka agar memudahkan komunikasi kita dengan Tuhan sehingga grafik spiritual kita akan selalu terjaga dengan baik. Terimakasih (WINDTRA)      

No comments:

Post a Comment