Thursday 13 February 2014

HIDUP ITU SINGKAT



Ketika ada ungkapan kalimat bahwa hidup di dunia itu sekedar mampir untuk minum sejenak, mungkin saja akan banyak orang mengganggap bahwa kalimat itu sekedar kalimat religi untuk sekedar mengingatkan manusia agar selalu mengingat mati. Dan meskipun banyak manusia yang mengetahui maksudnya, namun tak sedikit pula manusia yang mengabaikan maknanya.


Kalimat-kalimat semacam itu pun juga terdapat dalam kitab suci dan kebetulan ada dalam kitab suci agama Islam yang saya peluk, bahkan dalam kitab suci tersebut dikatakan bahwa hidup didunia itu hanya sementara dan main-main serta senda gurau semata. Jadi sesingkat itulah bahasa perumpamaan dalam kitab suci. “hanya main-main dan senda gurau”.

Suatu saat dalam sebuah perjalanan dari daerah menuju Jakarta, saya sempat melamun di sebuah jendela pesawat yang sedang mengangkasa. Lamunan itu begitu nyata dalam benak saya tentang sebuah kehidupan yang singkat. Awalnya saya hanya memandang keluar jendela dan melihat awan putih yang nampak jauh dibawah ketinggian pesawat. Setelah itu ada hamparan langit tanpa batas memenuhi pandangan saya. Yang terbersit seketika adalah, kata takjub Luar biasa bagi yang menciptakan ini semua.     

Begitu luar biasa dunia ini di ciptakan, indah sekali dari sudut pandang mata saya ketika itu. Bahkan tak hanya itu, muncul dalam benak saya sebuah pertanyaan, untuk apa Tuhan menciptakan ini semua jika nanti pun akan di hancurkan saat kiamat. Kuasa Tuhan tidak ada yang tahu, DIA lebih tahu apa yang tidak kita ketahui. Langit yang saya lihat begitu nyata di depan mata dengan luas sepanjang mata memandang. Dan dengan mudah pula alam bisa menelan pesawat yang sedang saya naiki yang nampak sangat kecil bagai butiran debu jika dibandingkan jagat raya.

Dalam jeda lamunan itu, sempat saya mencoba kilas balik terhadap kehidupan yang telah saya jalani selama ini. Sepertinya baru kemarin saya lulus dari SMA, mengingat masa-masa kuliah, dan kemudian menikah lalu punya anak. Kejadian-kejadian itu seolah masih jelas dibenak dan terkesan belum begitu lama. Ketika saya bertanya kepada seorang sahabat di daerah yang baru saja saya kunjungi, ternyata dia sudah 12 tahun menetap di daerah itu. Padahal belum lama sepertinya nampak jelas saat kami masih sama-sama tinggal di Jakarta. Dia bahkan sudah menikah dan punya anak dua. Ternyata apa yang selama ini nampak seolah-olah baru kemarin, ternyata sudah berjalan sekitar 20 tahun. Dan jika diperkirakan umur manusia itu rata-rata 60 tahun, maka saya sudah melewati batas pertengahan umur.  

Mungkin kejadian ini bisa menjadi renungan bagi siapapun, tanpa kita sadari, waktu berjalan begitu cepat. Umur manusia tumbuh begitu cepat, kejadian-kejadian  dalam hidup berlalu begitu cepat. Kematian dan kelahiran silih berganti seolah menjadi hal yang lumrah dalam siklus kehidupan. Anda yang dulu masih SMP atau SMA, sekarang sudah kuliah atau kerja. Sebentar lagi menikah dan punya anak, terus dan terus berlanjut.

Ketika kita kilas balik dan menghitung berapa umur yang sudah kita habiskan di dunia, maka bersyukurlah bahwa kita masih diberikan umur sampai detik ini, namun kita tidak pernah tahu umur kita sampai kapan di masa depan karena itu rahasi Tuhan.

Berhikmat dan introspeksi diri dengan kilas balik umur yang sudah kita habiskan adalah cara terbaik untuk mengukur seberapa singkat hidup kita di dunia. Meskipun ada kalimat yang mengatakan bahwa , “Aku ingin hidup 1000 tahun lagi”  tetapi itu hanya sebatas kalimat motivasi untuk lebih semangat dan optimis menjalani hidup disisa waktu yang tersisa.

Bagi yang masih belia, maka jangan buang percuma waktumu untuk hal-hal yang tidak berguna. Karena kisah anda akan menjadi kenangan di masa yang akan datang. Dan bagi yang sudah menjalani setengah atau lebih dari perkiraan umur manusia, maka kenanglah masa lalu anda untuk introspeksi diri bahwa waktu itu berjalan begitu cepat dengan segala kejadian-kejadian yang mungkin saja indah atau buruk untuk di ingat kembali. Namun intinya adalah waktumu sudah habis setengah dekade dengan segala apa yang telah terjadi dimasa lalu. Dan disisa waktu yang tersisa adalah menjadi hak mu untuk melakukan apa yang menurutmu sesuai dengan batas-batas etika dan aturan dalam hidupmu yang mungkin saja baru diketahui dan disadari pada saat sekarang.


Ketika tersadar bahwa hidup itu singkat, maka apakah kesadaran itu akan membuat manusia menjadi lebih baik atau lebih buruk, semua tergantung dari bagaimana proses rohani dalam jiwa memaknainya. Trimakasih (WINDTRA)  

No comments:

Post a Comment