
Ketika
ada ungkapan kalimat bahwa hidup di dunia itu sekedar mampir untuk minum
sejenak, mungkin saja akan banyak orang mengganggap bahwa kalimat itu sekedar
kalimat religi untuk sekedar mengingatkan manusia agar selalu mengingat mati.
Dan meskipun banyak manusia yang mengetahui maksudnya, namun tak sedikit pula
manusia yang mengabaikan maknanya.
Kalimat-kalimat
semacam itu pun juga terdapat dalam kitab suci dan kebetulan ada dalam kitab
suci agama Islam yang saya peluk, bahkan dalam kitab suci tersebut dikatakan
bahwa hidup didunia itu hanya sementara dan main-main serta senda gurau semata.
Jadi sesingkat itulah bahasa perumpamaan dalam kitab suci. “hanya main-main dan
senda gurau”.
Suatu
saat dalam sebuah perjalanan dari daerah menuju Jakarta, saya sempat melamun di
sebuah jendela pesawat yang sedang mengangkasa. Lamunan itu begitu nyata dalam
benak saya tentang sebuah kehidupan yang singkat. Awalnya saya hanya memandang
keluar jendela dan melihat awan putih yang nampak jauh dibawah ketinggian
pesawat. Setelah itu ada hamparan langit tanpa batas memenuhi pandangan saya.
Yang terbersit seketika adalah, kata takjub Luar biasa bagi yang menciptakan
ini semua.
Begitu
luar biasa dunia ini di ciptakan, indah sekali dari sudut pandang mata saya
ketika itu. Bahkan tak hanya itu, muncul dalam benak saya sebuah pertanyaan,
untuk apa Tuhan menciptakan ini semua jika nanti pun akan di hancurkan saat
kiamat. Kuasa Tuhan tidak ada yang tahu, DIA lebih tahu apa yang tidak kita
ketahui. Langit yang saya lihat begitu nyata di depan mata dengan luas
sepanjang mata memandang. Dan dengan mudah pula alam bisa menelan pesawat yang
sedang saya naiki yang nampak sangat kecil bagai butiran debu jika dibandingkan
jagat raya.
Dalam
jeda lamunan itu, sempat saya mencoba kilas balik terhadap kehidupan yang telah
saya jalani selama ini. Sepertinya baru kemarin saya lulus dari SMA, mengingat
masa-masa kuliah, dan kemudian menikah lalu punya anak. Kejadian-kejadian itu
seolah masih jelas dibenak dan terkesan belum begitu lama. Ketika saya bertanya
kepada seorang sahabat di daerah yang baru saja saya kunjungi, ternyata dia
sudah 12 tahun menetap di daerah itu. Padahal belum lama sepertinya nampak
jelas saat kami masih sama-sama tinggal di Jakarta. Dia bahkan sudah menikah
dan punya anak dua. Ternyata apa yang selama ini nampak seolah-olah baru
kemarin, ternyata sudah berjalan sekitar 20 tahun. Dan jika diperkirakan umur
manusia itu rata-rata 60 tahun, maka saya sudah melewati batas pertengahan
umur.
Mungkin
kejadian ini bisa menjadi renungan bagi siapapun, tanpa kita sadari, waktu
berjalan begitu cepat. Umur manusia tumbuh begitu cepat, kejadian-kejadian dalam hidup berlalu begitu cepat. Kematian
dan kelahiran silih berganti seolah menjadi hal yang lumrah dalam siklus
kehidupan. Anda yang dulu masih SMP atau SMA, sekarang sudah kuliah atau kerja.
Sebentar lagi menikah dan punya anak, terus dan terus berlanjut.
Ketika
kita kilas balik dan menghitung berapa umur yang sudah kita habiskan di dunia,
maka bersyukurlah bahwa kita masih diberikan umur sampai detik ini, namun kita
tidak pernah tahu umur kita sampai kapan di masa depan karena itu rahasi Tuhan.
Berhikmat
dan introspeksi diri dengan kilas balik umur yang sudah kita habiskan adalah
cara terbaik untuk mengukur seberapa singkat hidup kita di dunia. Meskipun ada
kalimat yang mengatakan bahwa , “Aku ingin hidup 1000 tahun lagi” tetapi itu hanya sebatas kalimat motivasi
untuk lebih semangat dan optimis menjalani hidup disisa waktu yang tersisa.
Bagi
yang masih belia, maka jangan buang percuma waktumu untuk hal-hal yang tidak
berguna. Karena kisah anda akan menjadi kenangan di masa yang akan datang. Dan
bagi yang sudah menjalani setengah atau lebih dari perkiraan umur manusia, maka
kenanglah masa lalu anda untuk introspeksi diri bahwa waktu itu berjalan begitu
cepat dengan segala kejadian-kejadian yang mungkin saja indah atau buruk untuk
di ingat kembali. Namun intinya adalah waktumu sudah habis setengah dekade
dengan segala apa yang telah terjadi dimasa lalu. Dan disisa waktu yang tersisa
adalah menjadi hak mu untuk melakukan apa yang menurutmu sesuai dengan
batas-batas etika dan aturan dalam hidupmu yang mungkin saja baru diketahui dan
disadari pada saat sekarang.
Ketika
tersadar bahwa hidup itu singkat, maka apakah kesadaran itu akan membuat
manusia menjadi lebih baik atau lebih buruk, semua tergantung dari bagaimana
proses rohani dalam jiwa memaknainya. Trimakasih (WINDTRA)
No comments:
Post a Comment