Wednesday 19 June 2013

MODERENISASI KEARIFAN LOKAL



Peradaban itu selalu dinamis, bahkan ada kalanya kedinamisan itu tidak bisa terkejar oleh pelaku peradaban yang lain, padahal kedinamisan peradaban itu juga tercipta oleh pelaku peradaban itu sendiri. Ketika sebuah peradaban baru diciptakan, tentu saja dimaksudkan untuk pelaku peradaban agar berprilaku seiring dengan perkembangan peradaban atau berjalan seiringan. Tetapi bagi pihak-pihak yang tidak bisa mengikuti kedinamisanya, maka ia akan tertinggal oleh peradaban.


Perkembangan dunia tak lepas dari apa yang disebut peradaban. Kemoderenisasian diberbagai bidang memicu pihak-pihak yang tertinggal akan berusaha mengejar ketertinggalanya atau hanya pasrah dengan ketertinggalanya. Bagi yang berhasil mengikutinya, maka ia akan menerima segala kemajuan itu, pun juga dengan segala konsekuensi nya, dan begitu juga bagi yang tidak mampu mengikutinya, maka ia akan menerima segala ketertinggalan nya, pun juga dengan segala konsekuensinya.

Alur pemikiran modern mengedepankan proses-proses yang tentu saja bertopang pada informasi yang up to date dan mengacu kepada perubahan-perubahan dunia terkini, sedangkan alur pemikiran kepasrahan terhadap ketertinggalan moderenisasi, mengacu sebaliknya yaitu tetap pada zona apa adanya. Kepasrahan ini bisa karena ke engganan diri untuk ikut dalam bagian kedinamisan atau memang ke engganan karena faktor sulitnya ikut dalam bagian kedinamisan. Apakah ada yang salah terhadap keduanya ? masing-masing memiliki apa yang disebut pakem yang dipercayai sebagai jati diri.

Kemoderenisasian yang lepas dari pakem tentu saja akan berdampak kepada aspek-aspek moralitas yang masih melekat dalam budaya setempat. Meskipun dalam perkembanganya kemoderenisasian ini bersifat global dan pasti menabrak tatanan atas budaya, etika dan moralitas. Tak bisa dipungkiri ketika budaya, etika dan moralitas mengalami abrasi yang lambat namun pasti menuju pada pupusnya tatanan nilai dan berganti dengan sebuah peradaban baru yang bisa saja lebih baik atau bahkan lebih buruk.

Sebuah ketradisian yang masih bertahan dalam kedinamisan kemajuan peradaban, merupakan bentuk konservasi dari rasa untuk melestarikan ke arifan lokal yang ada. Tetapi hingga kapan rasa itu ada, merupakan dinamika yang terus berjalan sesuai dengan perkembangan zaman. Ketika sebuah kearifan lokal tetap dipertahankan, maka disitulah nilai-nila dan originalitas budaya akan muncul sebagai identitas. Tetapi manakala perkembangan peradapan mulai mengusik dengan berbagai infiltrasi nilai-nilai baru yang hendak menghilangkan originalitas nya, maka dibutuhkan sebuah analisa kepekaan rasa untuk menguji dan menyeleksi perubahan nilai itu. Hasil seleksi dan analisa itulah yang nantinya berdampak pada originalitas dan keutuhan budaya kearifan lokal atau bisa juga menjadi sebuah kombinasi yang harmonis antara kearifan lokal dan kemoderenisasian.


Tetapi tidak sedikit kearifan lokal yang sudah mulai punah kerena terlindas oleh kedinamisan peradaban. Peradaban-peradaban baru itu bermunculan seakan tidak ada hambatan dan menggilas kearifan lokal yang ada. Identitas dan originalitas tergantikan oleh budaya baru yang dianggap maju dan moderen bahkan mendobrak nilai-nilai budaya. Dunia memang harus selalu berkembang dan itu tidak bisa di pungkiri, pergerakan demi pergerakan entitas dunia meninggalkan bekas peradapan masa lalu yang menjadi sisa sejarah dan ditinggalkan. Ibarat sebuah nubuat kitab suci bagi dunia yang sulit bahkan tidak bisa terbendung. Manusia hanya mampu ber ikhtiar dan berhikmat atas segala kejadian, sehingga apa yang dimaksud dengan kemoderenisasian peradaban tidak menggilas habis kearifan lokal yang ada, bahkan di harmonisasikan sehingga tercipta kombinasi nilai dan budaya yang menampilkan identitas dan originalitas dalam kemasan yang modern. Trimakasih (WD)

No comments:

Post a Comment