Peradaban
itu selalu dinamis, bahkan ada kalanya kedinamisan itu tidak bisa terkejar oleh
pelaku peradaban yang lain, padahal kedinamisan peradaban itu juga tercipta
oleh pelaku peradaban itu sendiri. Ketika sebuah peradaban baru diciptakan,
tentu saja dimaksudkan untuk pelaku peradaban agar berprilaku seiring dengan
perkembangan peradaban atau berjalan seiringan. Tetapi bagi pihak-pihak yang
tidak bisa mengikuti kedinamisanya, maka ia akan tertinggal oleh peradaban.
Perkembangan
dunia tak lepas dari apa yang disebut peradaban. Kemoderenisasian diberbagai
bidang memicu pihak-pihak yang tertinggal akan berusaha mengejar
ketertinggalanya atau hanya pasrah dengan ketertinggalanya. Bagi yang berhasil
mengikutinya, maka ia akan menerima segala kemajuan itu, pun juga dengan segala
konsekuensi nya, dan begitu juga bagi yang tidak mampu mengikutinya, maka ia
akan menerima segala ketertinggalan nya, pun juga dengan segala konsekuensinya.
Alur
pemikiran modern mengedepankan proses-proses yang tentu saja bertopang pada
informasi yang up to date dan mengacu
kepada perubahan-perubahan dunia terkini, sedangkan alur pemikiran kepasrahan
terhadap ketertinggalan moderenisasi, mengacu sebaliknya yaitu tetap pada zona
apa adanya. Kepasrahan ini bisa karena ke engganan diri untuk ikut dalam bagian
kedinamisan atau memang ke engganan karena faktor sulitnya ikut dalam bagian
kedinamisan. Apakah ada yang salah terhadap keduanya ? masing-masing memiliki
apa yang disebut pakem yang dipercayai sebagai jati diri.
Kemoderenisasian
yang lepas dari pakem tentu saja akan berdampak kepada aspek-aspek moralitas
yang masih melekat dalam budaya setempat. Meskipun dalam perkembanganya
kemoderenisasian ini bersifat global dan pasti menabrak tatanan atas budaya,
etika dan moralitas. Tak bisa dipungkiri ketika budaya, etika dan moralitas
mengalami abrasi yang lambat namun pasti menuju pada pupusnya tatanan nilai dan
berganti dengan sebuah peradaban baru yang bisa saja lebih baik atau bahkan lebih
buruk.
Sebuah
ketradisian yang masih bertahan dalam kedinamisan kemajuan peradaban, merupakan
bentuk konservasi dari rasa untuk melestarikan ke arifan lokal yang ada. Tetapi
hingga kapan rasa itu ada, merupakan dinamika yang terus berjalan sesuai dengan
perkembangan zaman. Ketika sebuah kearifan lokal tetap dipertahankan, maka
disitulah nilai-nila dan originalitas budaya akan muncul sebagai identitas. Tetapi
manakala perkembangan peradapan mulai mengusik dengan berbagai infiltrasi
nilai-nilai baru yang hendak menghilangkan originalitas nya, maka dibutuhkan sebuah
analisa kepekaan rasa untuk menguji dan menyeleksi perubahan nilai itu. Hasil seleksi
dan analisa itulah yang nantinya berdampak pada originalitas dan keutuhan
budaya kearifan lokal atau bisa juga menjadi sebuah kombinasi yang harmonis
antara kearifan lokal dan kemoderenisasian.
Tetapi
tidak sedikit kearifan lokal yang sudah mulai punah kerena terlindas oleh
kedinamisan peradaban. Peradaban-peradaban baru itu bermunculan seakan tidak ada
hambatan dan menggilas kearifan lokal yang ada. Identitas dan originalitas
tergantikan oleh budaya baru yang dianggap maju dan moderen bahkan mendobrak
nilai-nilai budaya. Dunia memang harus selalu berkembang dan itu tidak bisa di
pungkiri, pergerakan demi pergerakan entitas dunia meninggalkan bekas peradapan
masa lalu yang menjadi sisa sejarah dan ditinggalkan. Ibarat sebuah nubuat kitab
suci bagi dunia yang sulit bahkan tidak bisa terbendung. Manusia hanya mampu
ber ikhtiar dan berhikmat atas segala kejadian, sehingga apa yang dimaksud
dengan kemoderenisasian peradaban tidak menggilas habis kearifan lokal yang
ada, bahkan di harmonisasikan sehingga tercipta kombinasi nilai dan budaya yang
menampilkan identitas dan originalitas dalam kemasan yang modern. Trimakasih
(WD)
No comments:
Post a Comment