
Berhati-hati
dalam berbicara dan mengeluarkan statement itu sebuah keharusan yang harus
dimiliki oleh pihak yang memiliki intelektualitas, tidak hanya karena anda
memang layak untuk berhati-hati, tapi juga sebagai pihak yang terpelajar anda
juga harus menjaga kredibilitas. Karena apa yang keluar dari mulut anda
merupakan gambaran diri anda, karakter diri anda yang mencerminkan kepribadian anda.
Itulah kenapa karakter seseorang itu sangat mudah terbaca ketika dia berbicara.
Dan kualitas otaknya akan tercermin dari kualitas seperti apa yang keluar dari
ucapanya.
Ketika
anda sedang berbicara dengan orang lain, maka tak perduli apakah anda berbicara
dengan orang yang kurang terpelajar, terpelajar apalagi sangat terpelajar,
seharusnya tetap memegang rambu-rambu komunikasi yang mengedepankan aspek
kebenaran. Jangan ketika berbicara dengan orang yang notabenya kurang
terpelajar terus maunya semena-mena dalam memberikan informasi atau bahkan
mengganggap remeh bahkan berbohong. Karena meski orang yang kurang terpelajar
itu tidak tahu, tetapi hati nurani anda tidak akan bisa dibohongi dan akan tertawa
menertawakan akan kebodohan diri anda sendiri. Mungkin ketika ini terjadi,
tidak ada orang lain yang tahu akan prilaku anda, namun lain halnya jika yang
di ajak berbicara adalah pihak yang terpelajar atau bahkan sangat terpelajar.
Ketika
anda berbicara, berargumen atau bahkan berdebat dengan setiap orang tanpa
memegang rambu komunikasi yang mengedepankan aspek kebenaran, maka jati diri
anda menjadi taruhanya. Tak perduli seberapa terpelajar anda, ketika anda
berucap sesuatu yang tidak benar, maka intelektualitas anda tergerus oleh
ucapan anda sendiri sehingga persepsi bodoh lah yang muncul buat diri anda. Apalagi pihak
yang anda ajak berbicara adalah pihak yang tahu akan kebohongan anda, sehingga
dimata lawan bicara, anda sudah memperlihatkan tingkat kebodohan anda. Semakin ahli
anda berbohong, maka semakin tinggi pula tinggkat kebodohan anda dan semakin anda
menjadi pribadi yang rendah, karena pembohong itu rendah derajatnya. Seorang pembohong
pun sejatinya harus cerdas dalam berbohong, karena kalo tidak cerdas maka predikat pembohong dan
bodoh itu sungguh akan melekat menjadi identitas. Sudah pembohong bodoh pula,
ini sungguh derita kuadrat.
Banyak
orang yang katanya cerdas, terpelajar seringkali mengalami hal ini. Karena merasa
cerdas sehingga meremehkan pihak lain dan berharap pihak itu bisa dibohonginya.
Memang cerdas itu tidak cukup di lihat dari mana dia sekolah, lulusan dari universitas
mana atau jabatanya apa. Kecerdasan secara intelgensia (IQ) saja sungguh akan
membuat anda bodoh kuadrat jika tidak di imbangi oleh keseimbangan kecerdasan emosional
dan spiritual. Anda boleh ahli dan cerdas dibidang tertentu secara akademi, Namun
ketika ke ahlian atau kecerdasan itu menjadi kesombongan karena tidak adanya
check and balances dari sisi emosional dan spiritual, maka kecerdasan itu tidak
akan nampak sebagai kecerdasan sejati.
Ketidaksadaran akan sebuah kebohongan merupakan kehilafan yang mungkin bisa di tolerir, namun mana kala kebohongan itu dibuat atas kesadaran dan dengan sengaja untuk memperdaya pihak lain, maka itulah kebodohan sejati. Intelektualitas yang berkombinasi dengan kebohongan adalah pelanggaran nurani. Terimakasih. (WD)
No comments:
Post a Comment