Monday 24 June 2013

BOHONG MEMBAWA BODOH



Berhati-hati dalam berbicara dan mengeluarkan statement itu sebuah keharusan yang harus dimiliki oleh pihak yang memiliki intelektualitas, tidak hanya karena anda memang layak untuk berhati-hati, tapi juga sebagai pihak yang terpelajar anda juga harus menjaga kredibilitas. Karena apa yang keluar dari mulut anda merupakan gambaran diri anda, karakter diri anda yang mencerminkan kepribadian anda. Itulah kenapa karakter seseorang itu sangat mudah terbaca ketika dia berbicara. Dan kualitas otaknya akan tercermin dari kualitas seperti apa yang keluar dari ucapanya.


Ketika anda sedang berbicara dengan orang lain, maka tak perduli apakah anda berbicara dengan orang yang kurang terpelajar, terpelajar apalagi sangat terpelajar, seharusnya tetap memegang rambu-rambu komunikasi yang mengedepankan aspek kebenaran. Jangan ketika berbicara dengan orang yang notabenya kurang terpelajar terus maunya semena-mena dalam memberikan informasi atau bahkan mengganggap remeh bahkan berbohong. Karena meski orang yang kurang terpelajar itu tidak tahu, tetapi hati nurani anda tidak akan bisa dibohongi dan akan tertawa menertawakan akan kebodohan diri anda sendiri. Mungkin ketika ini terjadi, tidak ada orang lain yang tahu akan prilaku anda, namun lain halnya jika yang di ajak berbicara adalah pihak yang terpelajar atau bahkan sangat terpelajar.

Ketika anda berbicara, berargumen atau bahkan berdebat dengan setiap orang tanpa memegang rambu komunikasi yang mengedepankan aspek kebenaran, maka jati diri anda menjadi taruhanya. Tak perduli seberapa terpelajar anda, ketika anda berucap sesuatu yang tidak benar, maka intelektualitas anda tergerus oleh ucapan anda sendiri sehingga persepsi  bodoh lah yang muncul buat diri anda. Apalagi pihak yang anda ajak berbicara adalah pihak yang tahu akan kebohongan anda, sehingga dimata lawan bicara, anda sudah memperlihatkan tingkat kebodohan anda. Semakin ahli anda berbohong, maka semakin tinggi pula tinggkat kebodohan anda dan semakin anda menjadi pribadi yang rendah, karena pembohong itu rendah derajatnya. Seorang pembohong pun sejatinya harus cerdas dalam berbohong, karena  kalo tidak cerdas maka predikat pembohong dan bodoh itu sungguh akan melekat menjadi identitas. Sudah pembohong bodoh pula, ini sungguh derita kuadrat.  

Banyak orang yang katanya cerdas, terpelajar seringkali mengalami hal ini. Karena merasa cerdas sehingga meremehkan pihak lain dan berharap pihak itu bisa dibohonginya. Memang cerdas itu tidak cukup di lihat dari mana dia sekolah, lulusan dari universitas mana atau jabatanya apa. Kecerdasan secara intelgensia (IQ) saja sungguh akan membuat anda bodoh kuadrat jika tidak di imbangi oleh keseimbangan kecerdasan emosional dan spiritual. Anda boleh ahli dan cerdas dibidang tertentu secara akademi, Namun ketika ke ahlian atau kecerdasan itu menjadi kesombongan karena tidak adanya check and balances dari sisi emosional dan spiritual, maka kecerdasan itu tidak akan nampak sebagai kecerdasan sejati.

Ketidaksadaran akan sebuah kebohongan merupakan kehilafan yang mungkin bisa di tolerir, namun mana kala kebohongan itu dibuat atas kesadaran dan dengan sengaja untuk memperdaya pihak lain, maka itulah kebodohan sejati. Intelektualitas yang berkombinasi dengan kebohongan adalah pelanggaran nurani. Terimakasih. (WD)    

No comments:

Post a Comment