
Dalam
keseharian lika-liku kehidupan, akan banyak sekali prilaku, kebijakan, keputusan
yang harus kita jalani dan lakukan, baik itu untuk kepentingan sendiri atau kepentingan
publik. Ketika sebuah prilaku, kebijakan, keputusan atau apapun yang
berhubungan dengan aktifitas kita, maka tentu saja tidak semuanya akan menyenangkan
semua pihak, bahkan terkadang orang di lingkungan terdekat kita sendiri pun tidak
senang dangan apa yang kita lakukan atau kita putuskan. Dalam artian meskipun
sebuah keputusan itu menurut kita adalah baik, maka belum tentu baik buat orang
lain.
Jadi
sebuah keputusan yang baik itu terkadang
juga bersifat subyektif, dan subyektifitas ini bisa dipengaruhi oleh kemampuan
tiap-tiap individu dalam memahami sebuah keputusan. Ketika sebuah keputusan
yang baik dan menguntungkan bagi beberapa pihak, namun tidak baik bagi beberapa
pihak yang lain, maka akan timbul sebuah perbedaan tela’ah terhadap keputusan
itu dan akan menimbulkan kritik bagi keputusan itu. Namun ketika pandangan yang
di asumsikan bersifat subyektif, kemudian dilakukan penela’ahan kompromistik
yang ahirnya menyenangkan semua pihak, maka pandangan itu ahirnya bersifat
obyektif.
Dari
setiap keputusan, prilaku, atau kebijakan, tidak lah lepas dari kritik. Sebuah kritik
di munculkan karena adanya sebuah perbedaan keputusan, prilaku, atau kebijakan,
yang diharapkan dengan adanya kritik akan membuat hal tersebut menjadi lebih
baik dan obyektif.
Dalam
mengkritik sebuah keputusan, prilaku atau kebijakan bahkan sebuah karya sekalipun, pada dasarnya karena adanya titik lemah dari hal tersebut untuk dijadikan bahan
kritikan. Dan motivasi mengkritik sebuah keputusan, prilaku atau kebijakan bahkan
sebuah karya seharusnya tidak semata-mata sekedar mengkritik tanpa memunculkan sebuah
solusi yang konstruktif.
Etika
dan kecakapan dalam memberikan kritik pun harus menggunakan intelektualitas
yang baik sehingga kritik itu akan menjadi elegan dan beretika. Ketika etika,
kecakapan dan intelektualitas dalam mengkritik sudah dilakukan, maka hal yang
terpenting untuk menambah kualitas dan arah dari sebuah kritik adalah Motivasi.
Ada
kalanya sebuah kritik terlontar karena sebuah motivasi yang tidak baik atau
motivasi untuk menjatuhkan orang lain. Kritik semacam ini akan tendesius dan akan
nampak selalu menyalahkan. Biasanya kritik-kriti semacam ini lazim digunakan
dalam dunia politik.
Ada
juga kritik yang sekedar hanya menguji tingkat intelektualitas seseorang,
biasanya kritik semacam ini akan membawa ego kecerdasan diri dan menganggap
dirinya lebih cerdas. Sehingga titik aktualisasi diri akan ditemukan ketika
kritiknya berhasil.
Kritik
adalah sumbang saran. Baik yang mengkritik dan dikritik harus sama-sama
mengedepankan aspek konstruktifitas sehingga ego kecerdasan diri dan tendensi
akan terkesampingkan. Ketika sebuah kritik dilandasi dengan kebencian, ke iri an
atau niat untuk menjatuhkan, maka kritik itu bisa menjadi senjata yang ampuh. Dan
kepuasan yang didapat dari sang pengkritik ketika kritiknya berhasil, tidak
lain sebenarnya adalah kepuasan pahit jika dirasakan oleh hati kecil kita. Kepuasan
pahit karena buah dari kritik yg berlandaskan kebencian dan ke iri an.
Terkadang
terjadi pembutaan mata hati, ketika sebuah kritik yang berdasarkan kebencian
atau ke iri an ini, hinggap dalam pikiran. Dan pembutaan mata hati itu nyaris
tidak dirasakan dalam hati, karena aspek ego pembenaran yang lebih dominan,
dibandingkan aspek rasionalitas. Sehingga apa yang di kritik kan itu lebih hanya
sekedar basa basi atau istilah saya testing
the water dan tidak konstruktif
sama sekali.
Tapi
manakala sebuah kritik dilandasi dengan niat yang baik, maka kritik itu bukan
semata-mata hanya kritik biasa, tapi bisa berubah menjadi dorongan dan cambuk motivasi
yang tinggi dan bernilai sehingga kritik itu akan berbuah kebaikan.
Ketika
kritik berbuah kebaikan, maka pihak yang di kritik dan mengkritik akan
menemukan sebuah fitrah kebenaran yang seharusnya memang menjadi hak setiap insan.
Keduanya berpahala.
Sebuah
perasaan yang sulit untuk dimunculkan namun dapat dirasakan bagi sang peng
kritik dan yang di kritik, ketika sebuah kritik yang berlandaskan kebaikan dan ahirnya
berbuah kebaikan. Dibutuhkan tingkat kecerdasan emosional dan spiritual
tertentu untuk melakukan dan merasakanya. Terimakasih (WD)
No comments:
Post a Comment