Thursday 11 October 2012

KRITIK



Dalam keseharian lika-liku kehidupan, akan banyak sekali prilaku, kebijakan, keputusan yang harus kita jalani dan lakukan, baik itu untuk kepentingan sendiri atau kepentingan publik. Ketika sebuah prilaku, kebijakan, keputusan atau apapun yang berhubungan dengan aktifitas kita, maka tentu saja tidak semuanya akan menyenangkan semua pihak, bahkan terkadang orang di lingkungan terdekat kita sendiri pun tidak senang dangan apa yang kita lakukan atau kita putuskan. Dalam artian meskipun sebuah keputusan itu menurut kita adalah baik, maka belum tentu baik buat orang lain.


Jadi sebuah keputusan  yang baik itu terkadang juga bersifat subyektif, dan subyektifitas ini bisa dipengaruhi oleh kemampuan tiap-tiap individu dalam memahami sebuah keputusan. Ketika sebuah keputusan yang baik dan menguntungkan bagi beberapa pihak, namun tidak baik bagi beberapa pihak yang lain, maka akan timbul sebuah perbedaan tela’ah terhadap keputusan itu dan akan menimbulkan kritik bagi keputusan itu. Namun ketika pandangan yang di asumsikan bersifat subyektif, kemudian dilakukan penela’ahan kompromistik yang ahirnya menyenangkan semua pihak, maka pandangan itu ahirnya bersifat obyektif.

Dari setiap keputusan, prilaku, atau kebijakan, tidak lah lepas dari kritik. Sebuah kritik di munculkan karena adanya sebuah perbedaan keputusan, prilaku, atau kebijakan, yang diharapkan dengan adanya kritik akan membuat hal tersebut menjadi lebih baik dan obyektif.

Dalam mengkritik sebuah keputusan, prilaku atau kebijakan bahkan sebuah karya sekalipun, pada dasarnya karena adanya titik lemah dari hal tersebut untuk dijadikan bahan kritikan. Dan motivasi mengkritik sebuah  keputusan, prilaku atau kebijakan bahkan sebuah karya seharusnya tidak semata-mata sekedar mengkritik tanpa memunculkan sebuah solusi yang konstruktif.

Etika dan kecakapan dalam memberikan kritik pun harus menggunakan intelektualitas yang baik sehingga kritik itu akan menjadi elegan dan beretika. Ketika etika, kecakapan dan intelektualitas dalam mengkritik sudah dilakukan, maka hal yang terpenting untuk menambah kualitas dan arah dari sebuah kritik adalah Motivasi.

Ada kalanya sebuah kritik terlontar karena sebuah motivasi yang tidak baik atau motivasi untuk menjatuhkan orang lain. Kritik semacam ini akan tendesius dan akan nampak selalu menyalahkan. Biasanya kritik-kriti semacam ini lazim digunakan dalam dunia politik.
Ada juga kritik yang sekedar hanya menguji tingkat intelektualitas seseorang, biasanya kritik semacam ini akan membawa ego kecerdasan diri dan menganggap dirinya lebih cerdas. Sehingga titik aktualisasi diri akan ditemukan ketika kritiknya berhasil.

Kritik adalah sumbang saran. Baik yang mengkritik dan dikritik harus sama-sama mengedepankan aspek konstruktifitas sehingga ego kecerdasan diri dan tendensi akan terkesampingkan. Ketika sebuah kritik dilandasi dengan kebencian, ke iri an atau niat untuk menjatuhkan, maka kritik itu bisa menjadi senjata yang ampuh. Dan kepuasan yang didapat dari sang pengkritik ketika kritiknya berhasil, tidak lain sebenarnya adalah kepuasan pahit jika dirasakan oleh hati kecil kita. Kepuasan pahit karena buah dari kritik yg berlandaskan kebencian dan ke iri an.

Terkadang terjadi pembutaan mata hati, ketika sebuah kritik yang berdasarkan kebencian atau ke iri an ini, hinggap dalam pikiran. Dan pembutaan mata hati itu nyaris tidak dirasakan dalam hati, karena aspek ego pembenaran yang lebih dominan, dibandingkan aspek rasionalitas. Sehingga apa yang di kritik kan itu lebih hanya sekedar basa basi atau istilah saya testing the water dan tidak konstruktif sama sekali.  

Tapi manakala sebuah kritik dilandasi dengan niat yang baik, maka kritik itu bukan semata-mata hanya kritik biasa, tapi bisa berubah menjadi dorongan dan cambuk motivasi yang tinggi dan bernilai sehingga kritik itu akan berbuah kebaikan.

Ketika kritik berbuah kebaikan, maka pihak yang di kritik dan mengkritik akan menemukan sebuah fitrah kebenaran yang seharusnya memang menjadi hak setiap insan. Keduanya berpahala.

Sebuah perasaan yang sulit untuk dimunculkan namun dapat dirasakan bagi sang peng kritik dan yang di kritik, ketika sebuah kritik yang berlandaskan kebaikan dan ahirnya berbuah kebaikan. Dibutuhkan tingkat kecerdasan emosional dan spiritual tertentu untuk melakukan dan merasakanya. Terimakasih (WD)

No comments:

Post a Comment