Beberapa
bulan ini saya mendengar begitu banyak kabar kematian dari orang-orang yang saya
kenal, baik itu teman, saudara, tetangga, orang tua teman, rekan kantor dan
lain-lain. Sehingga kabar itu begitu mengingatkan saya bahwa suatu saat
kejadian itu juga akan menimpa saya yang waktunya entah kapan. Jika kita
berbicara tentang kematian, mungkin akan banyak orang yang enggan untuk
membicarakanya dikarenakan tabu untuk di bicarakan, takut, atau belum siap
bekal untuk mati. Namun yang pasti adalah karena kita tidak tahu apa itu mati. Padahal
kematian itu adalah satu-satunya yang pasti di dunia ini. Jadi tidak ada
salahnya bahkan harus dipahami dengan baik.
Kamatian
jika dilihat dari sisi spiritual adalah proses menuju pada kehidupan yang baru,
kehidupan yang lebih panjang, lebih abadi. Namun kebanyakan orang yang tidak
memahami konsep ini dengan baik akan berpendapat bahwa mati adalah ahir dari
segalanya, sehingga orang akan ketakutan jika mendengar akan mati. Jikalau pun
ia paham akan hakekat mati namun masih takut akan kematian, berarti pemahaman
tentang kehidupan sesudah mati belum menjiwa dalam dirinya. Kenapa harus takut dengan
sesuatu yang sudah pasti akan terjadi. Jika kita paham akan kematian,
seharusnya itu menjadi sebuah motivasi untuk menjadikan hidup sebelum mati
menjadi bermakna. Ingatlah setiap detik waktu kita selagi hidup dan maknailan setiap
detik itu dengan kebermaknaan. Jangan sampai kebermaknaan hidup itu akan disesalkan
jika kita sudah mati.
Kematian
jika dilihat dari sisi biologis adalah ketidakmampuan fisik kita untuk
menjalankan fungsi duniawi dikarenakan organ-organ yang rusak atau sudah tua. Sehingga
aktifitas keduniawian berahir.
Jika
dilihat dari kombinasi spiritual dan biologis, maka Ruh itu kan meninggalkan
fisik yang sudah tidak layak untuk ditinggali. Sebagai ilustrasi bisa
digambarkan bahwa fisik adalah rumah dan Ruh adalah penghuninya. Rumah itu
semakin lama semakin tua, rusak dan jika sudah tidak layak huni, maka Ruh akan
meninggalkanya. Proses Ruh meninggalkan fisik ini disebut meninggal dunia atau
Ruh nya meninggalkan dunia untuk menuju
dunia yang baru
Kita
bisa saja menunda atau mempercepat kematian menurut versi kita dengan jalan
yang kita tempuh didunia. Untuk menunda kematian bisa saja kita melakukan gaya
hidup sehat secara jasmani dan rohani sehingga terhindar dari penyakit yang
membuat fisik kita rusak, paling tidak menunda lebih lama. Dan kita juga bisa
mempercepat kematian dengan kebiasaan-kebiasaan hidup yang membuat fisik kita
mudah cepat rusak atau bahkan bunuh diri sekalipun.
Sebagai
mahluk yang memiliki agama dan Tuhan, tentu saja kita harus menyadari bahwa
cepat atau lambat kematian akan datang pada pada siapa saja, bisa orang tua
kita, pasangan kita, anak-anak kita dan kita sendiri. Kesadaran akan sebuah
kematian seharusnya menyadarkan kita bahwa kita tidak memiliki hak apapun untuk
dimiliki atau memiliki, semua yang ada pada kita adalah pinjaman dan titipan dari
Tuhan. Suatu saat orang tua kita akan meninggal dunia dan mereka meninggalkan
kita, kita tidak pernah memiliki mereka, karena sebenarnya kita meminjamnya
dari Tuhan untuk melahirkan dan mendidik kita, dan suatu saat Tuhan akan
mengambilnya kembali. Begitu juga pasangan dan anak-anak kita, mereka adalah
titipan dari Tuhan untuk dipinjamkan kepada kita agar kita berbahagia namun
selalu mengingat bahwa pinjaman itu dapat di ambil kembali oleh Tuhan. Dan ketika
pinjaman dan titipan itu di ambil kembali oleh Tuhan, maka tidak ada yang bisa
menahanya atau bahkan menolaknya.
Kematian
tidak mengenal umur dan waktu, setiap saat bisa terjadi kepada siapapun. Bisa jadi
setelah anda membaca ini langsung mati, atau ini adalah terahir kali anda
membaca artikel yang saya tulis, atau bisa juga ini adalah artikel terahir yang
saya tulis. Bisa jadi ini adalah hari terahir kita masuk kantor atau hari terahir
kita bertemu dengan pasangan kita atau anak-anak kita. Semua itu bisa terjadi
dan mungkin terjadi. Jika kita mengingat itu semua, maka mari kita coba untuk
menyadarkan diri kita semua bahwa hidup
itu harus bermakna. Manfaatkan setiap momen hari-hari kita untuk selalu membawa
makna sebelum terjadi penyesalan.
Pada
saat kita hendak berangkat kerja, mungkin pandang dan peluklah pasangan dan
anak kita dengan kasih sayang, karena kita tidak tahu kapan umur manusia,
mungkin bisa jadi itu adalah pelukan terahir yang bisa kita berikan pada mereka.
Pada orang tua kita pun juga begitu, terkadang banyak sesal dan dosa yang
menumpuk dan belum sempat kita meminta maaf, maka lakukanlah setiap saat,
karena kita tidak tahu kapan umur kita berahir. Dengan melakukan ini semua kita
akan menjadikan setiap detik waktu kita selagi hidup menjadi bermakna, meski
untuk lingkungan terkecil adalah keluarga.
Dengan
selalu mengingat kematian, maka kita akan menghargai hidup ini sebaik-baiknya. Karena
orang yang berbuat dosa itu biasanya lupa akan kematian. Dengan menghargai
hidup, berarti kita akan menghargai waktu, dan tukarkanlah setiap detik waktu yang
kita miliki dengan hal-hal yang baik dan bermanfaat terutama bagi orang-orang
terdekat yang sangat kita sayangi. Dan ingatlah bahwa orang cerdas itu adalah
orang yang juga selalu mengingat mati. Terimakasih
No comments:
Post a Comment