Thursday 9 August 2012

MENGINGAT MATI



Beberapa bulan ini saya mendengar begitu banyak kabar kematian dari orang-orang yang saya kenal, baik itu teman, saudara, tetangga, orang tua teman, rekan kantor dan lain-lain. Sehingga kabar itu begitu mengingatkan saya bahwa suatu saat kejadian itu juga akan menimpa saya yang waktunya entah kapan. Jika kita berbicara tentang kematian, mungkin akan banyak orang yang enggan untuk membicarakanya dikarenakan tabu untuk di bicarakan, takut, atau belum siap bekal untuk mati. Namun yang pasti adalah karena kita tidak tahu apa itu mati. Padahal kematian itu adalah satu-satunya yang pasti di dunia ini. Jadi tidak ada salahnya bahkan harus dipahami dengan baik.


Kamatian jika dilihat dari sisi spiritual adalah proses menuju pada kehidupan yang baru, kehidupan yang lebih panjang, lebih abadi. Namun kebanyakan orang yang tidak memahami konsep ini dengan baik akan berpendapat bahwa mati adalah ahir dari segalanya, sehingga orang akan ketakutan jika mendengar akan mati. Jikalau pun ia paham akan hakekat mati namun masih takut akan kematian, berarti pemahaman tentang kehidupan sesudah mati belum menjiwa dalam dirinya. Kenapa harus takut dengan sesuatu yang sudah pasti akan terjadi. Jika kita paham akan kematian, seharusnya itu menjadi sebuah motivasi untuk menjadikan hidup sebelum mati menjadi bermakna. Ingatlah setiap detik waktu kita selagi hidup dan maknailan setiap detik itu dengan kebermaknaan. Jangan sampai kebermaknaan hidup itu akan disesalkan jika kita sudah mati.

Kematian jika dilihat dari sisi biologis adalah ketidakmampuan fisik kita untuk menjalankan fungsi duniawi dikarenakan organ-organ yang rusak atau sudah tua. Sehingga aktifitas keduniawian berahir.

Jika dilihat dari kombinasi spiritual dan biologis, maka Ruh itu kan meninggalkan fisik yang sudah tidak layak untuk ditinggali. Sebagai ilustrasi bisa digambarkan bahwa fisik adalah rumah dan Ruh adalah penghuninya. Rumah itu semakin lama semakin tua, rusak dan jika sudah tidak layak huni, maka Ruh akan meninggalkanya. Proses Ruh meninggalkan fisik ini disebut meninggal dunia atau Ruh nya  meninggalkan dunia untuk menuju dunia yang baru
Kita bisa saja menunda atau mempercepat kematian menurut versi kita dengan jalan yang kita tempuh didunia. Untuk menunda kematian bisa saja kita melakukan gaya hidup sehat secara jasmani dan rohani sehingga terhindar dari penyakit yang membuat fisik kita rusak, paling tidak menunda lebih lama. Dan kita juga bisa mempercepat kematian dengan kebiasaan-kebiasaan hidup yang membuat fisik kita mudah cepat rusak atau bahkan bunuh diri sekalipun.

Sebagai mahluk yang memiliki agama dan Tuhan, tentu saja kita harus menyadari bahwa cepat atau lambat kematian akan datang pada pada siapa saja, bisa orang tua kita, pasangan kita, anak-anak kita dan kita sendiri. Kesadaran akan sebuah kematian seharusnya menyadarkan kita bahwa kita tidak memiliki hak apapun untuk dimiliki atau memiliki, semua yang ada pada kita adalah pinjaman dan titipan dari Tuhan. Suatu saat orang tua kita akan meninggal dunia dan mereka meninggalkan kita, kita tidak pernah memiliki mereka, karena sebenarnya kita meminjamnya dari Tuhan untuk melahirkan dan mendidik kita, dan suatu saat Tuhan akan mengambilnya kembali. Begitu juga pasangan dan anak-anak kita, mereka adalah titipan dari Tuhan untuk dipinjamkan kepada kita agar kita berbahagia namun selalu mengingat bahwa pinjaman itu dapat di ambil kembali oleh Tuhan. Dan ketika pinjaman dan titipan itu di ambil kembali oleh Tuhan, maka tidak ada yang bisa menahanya atau bahkan menolaknya.

Kematian tidak mengenal umur dan waktu, setiap saat bisa terjadi kepada siapapun. Bisa jadi setelah anda membaca ini langsung mati, atau ini adalah terahir kali anda membaca artikel yang saya tulis, atau bisa juga ini adalah artikel terahir yang saya tulis. Bisa jadi ini adalah hari terahir kita masuk kantor atau hari terahir kita bertemu dengan pasangan kita atau anak-anak kita. Semua itu bisa terjadi dan mungkin terjadi. Jika kita mengingat itu semua, maka mari kita coba untuk menyadarkan diri kita  semua bahwa hidup itu harus bermakna. Manfaatkan setiap momen hari-hari kita untuk selalu membawa makna sebelum terjadi penyesalan.

Pada saat kita hendak berangkat kerja, mungkin pandang dan peluklah pasangan dan anak kita dengan kasih sayang, karena kita tidak tahu kapan umur manusia, mungkin bisa jadi itu adalah pelukan terahir yang bisa kita berikan pada mereka. Pada orang tua kita pun juga begitu, terkadang banyak sesal dan dosa yang menumpuk dan belum sempat kita meminta maaf, maka lakukanlah setiap saat, karena kita tidak tahu kapan umur kita berahir. Dengan melakukan ini semua kita akan menjadikan setiap detik waktu kita selagi hidup menjadi bermakna, meski untuk lingkungan terkecil adalah keluarga.

Dengan selalu mengingat kematian, maka kita akan menghargai hidup ini sebaik-baiknya. Karena orang yang berbuat dosa itu biasanya lupa akan kematian. Dengan menghargai hidup, berarti kita akan menghargai waktu, dan tukarkanlah setiap detik waktu yang kita miliki dengan hal-hal yang baik dan bermanfaat terutama bagi orang-orang terdekat yang sangat kita sayangi. Dan ingatlah bahwa orang cerdas itu adalah orang yang juga selalu mengingat mati. Terimakasih               

No comments:

Post a Comment