Thursday 5 July 2012

MEMBUANG RACUN


 

Suatu ketika aku pernah mengalami sakit perut yang diakibatkan oleh makanan, bahkan tidak hanya sakit perut yang ku rasakan, tetapi kepala ini rasanya pusing dan mual seperti mau muntah. Biasanya jika kondisi ini terjadi kemungkinan besar adalah gejala keracunan makanan. Maka aku coba untuk mengingat-ingat makanan apa yang aku makan dalam waktu satu jam kebelakang. Dan benar saja, aku baru saja mengkonsumsi jus kemasan botol yang ternyata sudah expired karena terlalu lama tersimpan didalam kulkas.
Biasanya kalo di kampungku dulu, pertolongan pertama untuk gejala ini adalah diberikan minum air kelapa sebanyak banyaknya. Tapi berhubung saat itu dirumahku tidak ada air kelapa, maka apa boleh buat,  ku minum saja airputih sebanyak-banyaknya dengan harapan yang sama apabila minum air kelapa dalam jumlah yang banyak, maka akan menimbulkan reaksi muntah sehingga apa yang kita konsumsi sebelumnya akan dimuntahkan kembali dan keluar pula racun yang ada didalam perut. Dan itulah yang terjadi hingga hilang rasa mual dan pusing ku. Itulah terapi awal jika kita keracunan makanan.

Berbeda lagi jika kita digigit ular, maka untuk mengeluarkan bisa atau racun ular dari dalam tubuh, biasanya dengan menghisap darah dari bekas luka gigitan ular tersebut, namun dengan catatan kejadianya belum lama setelah terjadi gigitan atau racun ular belum menjalar ke bagian aliran darah yang lain.

Bermacam-macam cara untuk menetralisir dan mengeluarkan racun dari tubuh kita. Racun memiliki kadar bahayanya tinggi, sedang atau ringan. Tetapi se ringan-ringan nya kadar racun, tetap saja namanya racun akan merugikan dan berbahaya bagi tubuh kita. Racun dalam kadar yang ringan, jika di konsumsi terus menerus maka lama-kelamaan akan besar juga dampaknya bagi tubuh.

Itulah sebuah ilustrasi, bagaimana dampak racun bagi kita dan usaha yang harus kita lakukan untuk mengeluarkan nya dari dalam tubuh. Tetapi apakah racun itu hanya berbentuk benda yang membahayakan kesehatan tubuh saja…? Tentu saja tidak. Ada jenis racun lain yang tidak kalah bahayanya, yaitu racun mental. Racun jenis ini sangat berbahaya bahkan lebih berbahaya dari racun tikus, racun serangga atau racun gigitan Cobra sekalipun.  Racun mental masuk melalui pikiran kita, dan kemampuan kita untuk menolak racun tersebut, tergantung dari kemampuan kita untuk mengontrol pikiran kita. Racun mental juga masuk melalui apa yang kita lihat, dan kita dengar. Jika kita melihat tontonan yang negative, maka pengaruh tontonan itu menjadi racun, dan disitulah racun itu masuk kedalam diri kita. Jika kita mendengar berita atau gosip yang negative, maka pengaruh berita atau gossip itu bisa menjadi racun, dan dari situlah pula, racun akan masuk kedalam diri kita.

Sesuatau yang negative yang kita lihat dan kita dengar adalah sebagai racun yang tidak hanya berbahaya bagi kita, tapi juga berbahaya bagi orang disekitar kita. Contoh sesuatu negative yang sering kita lihat adalah, tontonan televisi yang tidak mendidik, atau prilaku orang-orang disekitar kita yang menyimpang dari kewajaran. Sesuatu negative yang sering kita dengar adalah, informasi-informasi murahan yang belum tentu kebenaranya bahkan bisa juga informasi sesat.

Dampak dari racun mental tersebut, tentu saja akan mempengaruhi kualitas hidup kita. Prilaku orang yang terkena racun mental melalui pikiranya, akan berdampak terhadap ketidak stabilan emosinya, dan biasanya selalu berfikir negatif terhadap orang lain. Sedangkan prilaku orang yang terkena racun melalui apa yang di lihat dan didengar, biasanya orang itu mudah dipengaruhi orang lain, mudah menerima informasi tanpa terlebih dahulu menganalisa informasi tersebut, apakah informasi itu benar atau tidak. Dan bisa dipastikan jika kondisi tersebut sudah terjadi dalam diri kita, maka seperti apa jadinya kualitas hidup kita.

Jika dampak tersebut hanya terjadi pada diri kita, bagaimana jika racun mental yang sudah menyerang diri kita itu akan berpengaruh terhadap orang-orang disekitar kita, bisa keluarga, anak, istri, suami orang tua atau rekan-rekan kita. Sebuah kondisi umum yang terjadi dalam kehidupan kita sebagai mahluk sosial, maka melalui sebuah komunikasi itulah racun-racun mental itu akan menular kepada orang-orang terdekat kita. Misalnya jika kita mendengar dari seseorang atau televisi tentang sebuah informasi atau gosib yang belum tentu kebenarnya, maka bisa jadi informasi itu di telan bulat-bulat tanpa melalui proses analisa dan pencarian kebenaranya. Informasi itu dianggap sebuah kebenaran karena sebuah kemalasan untuk melakukan analisa. Kemudian informasi itu di ceritakan kembali kepada orang lain, dan begitu seterusnya. Maka secara tidak langsung kita akan membagikan racun pemikiran kita kepada orang lain. Contoh lain adalah jika kita selalu berfikir negative terhadap seseorang, maka ketika orang tersebut berbuat baikpun, kita tidak akan mengganggapnya baik. Dan ini sebenarnya akan merugikan diri kita sendiri. Disitulah racun mental bekerja setiap saat, seiring dengan terus  berfikirnya kita, seiring terus dengan masih berfungsinya pengelihatan dan pendengaran kita.

Jika racun tubuh ada cara yang tepat untuk penangananya, maka untuk racun mental pun tentu saja ada penanganya dan cara menyikapinya. Racun mental masuk melalui pikiran, pengelihatan dan pendengaran kita, maka jagalah ketiga jalur masuk bagi racun mental tersebut. Untuk menjaga pikiran kita terhadap masuknya racun mental, maka selalulah berfikir positif terhadap setiap kejadian yang kita alami, karena secara psikologis ini lebih meringankan beban pikiran kita, daripada kita harus berfikir negative, kemudian bergaulah dengan orang-orang yang memiliki konsep berfikir positif. 

Konsep berfikir positif biasanya terintegrasi dengan berbicara positif dan ahirnya berdampak kepada berprilaku positif. Pikiran juga terintegrasi dengan spiritual. Jika tubuh membutuhkan makanan untuk tumbuh, maka pikiran dan spiritualitas juga membutuhkanya agar kuat dan kebal dari segala jenis racun mental. Apa makanan bagi pikiran dan spiritualitas kita, tentu saja perbanyak kegiatan kerohanian dan ibadah kita, bacalah buku-buku motivasi, ikuti seminar-seminar tentang kualitas hidup atau motivasi hidup atau kisah-kisah inspiratif lainya. Dengan melakukan kegiatan tersebut,  paling tidak perisai pikiran kita untuk menangkal racun-racun mental sudah terbentuk, namun perisai tetap harus tersus di update agar supaya lebih kuat proteksinya.

Sedangkan untuk mengantisipasi masuknya racun mental melalui jalur pengelihatan dan pendengaran kita, maka selektifkah dalam melihat tontonan televisi. Tontonlah ketika televisi menampilkan tontonan yang edukatif dan inspiratif, matikanlah ketika televisi menampilkan berita-berita gossip atau sinetron murahan yang sama sekali tidak bermanfaat bagi kita. Dengarlah informasi-informasi yang baik dan sifatnya konstruktif bagi mental kita. Saringlah dan analisalah setiap ucapan orang yang mencoba untuk meracuni kita melalui pendengaran. Atau hindarilah orang-orang yang selalu menebar gosib murahan demi bersihnya diri kita dari racun-racun mental. Karena apa yang kita terima melalui pikiran, pengelihatan dan pendengaran kita akan mempengaruhi sikap mental kita dalam kehidupan. Jika kita selalu menyerap hal-hal yang negative, maka akan nampak pula kenegatifan itu dari prilaku keseharian kita. Dan itu tak bisa dipungkiri lagi. Jadi jika kita melihat orang yang berprilaku negative, maka sudah dapat dipastikan makanan apa yang selama ini masuk dalam pikiran orang tersebut, yaitu sesuatu  yang pasti negative.

Maka tidak ada yang bisa menangkal racun-racun mental tersebut kecuali kita sendiri dan kemauan kita untuk memiliki kualitas hidup yang lebih baik dari sisi sosial dan spiritual. Terimakasih (WD)

No comments:

Post a Comment