Dulu
sewaktu lulus kuliah, harapan ku adalah bekerja dan mungkin kebanyakan orang
seumurku atau siapapun juga akan berfikiran setelah lulus sekolah atau kuliah,
maka sesegera mungkin mendapatkan perkerjaan ataupun ber wirausaha. Stigma ini
sudah tertanam sebagai symbol sebuah kesuksesan dalam menuntut ilmu yang di
lanjutkan dengan mendapatkan sebuah pekerjaan.
Sebagai
manusia yang tinggal di dunia dengan segala kebutuhan fisik atau materi sebagai
penunjangnya, maka sudah sewajarnya jika kita bekerja dan menerima imbalan atas
jerih payah kita. Biasanya semakin tinggi tingkat ilmu dan keahlian yang kita
kuasai maka berbanding lurus dengan gaji atau upah yang kita dapatkan.
Namun
apakah hanya itu makna bekerja yang sesungguhnya..? tentu saja tidak. Bekerja tidak bisa hanya
dilihat dari sudut pandang sebuah kesuksesan setelah selesai menempuh
pendidikan, atau hanya sekedar kewajiban sebagai manusia yang membutuhkan
segala kebutuhan duniawi. Jika kita hanya sekedar memandang makna bekerja dari
sudut pandang tersebut. Maka tak ubahnya kita hanya menjadi kuli di dunia yang
hanya mendapatkan kenikmatan sesaat yang tidak pernah merasa puas. Jika kita
menemukan makna terdalam dari bekerja, sebenarnya adalah sebuah perjalanan
spiritual untuk menuju Tuhan. Bagaimana tidak..? bukankan bekerja itu adalah
ibadah.?.
Jika
persepsi yang kita bentuk adalah bekerja merupakan sebuah perjalanan spiritual
untuk menuju Tuhan maka sebuah kesadaran niat iklas dan tulus dalam bekerja
akan muncul sendirinya. Sedangkan hasil dari bekerja adalah sebuah konsekuensi
logis yang merupakan hak kita untuk menerimanya. Bekerja iklas merupakan
gambaran spiritual manusia yang tidak hanya melihat kehidupan duniawi saja,
namun kesadaran bahwa sebenarnya manusia itu adalah mahluk spiritual yang
meminjam fisik duniawi ( badan kita) untuk sebagai syarat tinggal di dunia.
Sebagai mahluk spiritual sudah seharusnya kita melibatkan spiritualitas kita
untuk kehidupan di dunia agar lebih berimbang antara kehidupan dunia dan
kehidupan spiritual. Sehingga sebuah makna hidup itu tidak saja tercermin dari
seberapa harta yang kita punya, seberapa tinggi jabatan kita atau seberapa
tinggi tingkat sosial kita.
Sebuah
pekerjaan yang kita lakukan dengan niat iklas, tidak saja membuat hasil
pekerjaan itu menjadi baik, namun jiwa yang mengerjakanya pun akan merasa
bahagia. Sebuah pekerjaan yang kita kerjakan dengan menyertakan spiritualitas
kita, akan membuat kita merasa berguna dan bermanfaat bagi orang lain. Dan
pekerjaan yang kita kerjakan dengan melibatkan spiritualitas akan membuahkan
hasil yang tentunya berkah bagi kita dan keluarga kita.
Jika
bekerja itu adalah ibadah, maka berikanlah perlakuan yang sama seperti halnya
ketika kita melakukan ibadah yang lain. Jika kita melakukan sholat begitu khusu
dan iklas, maka dalam bekerjapun seharusnya juga begitu. Jika kita berdoa
begitu khusunya kepada Tuhan agar diberikan keselamatan dunia dan ahirat maka
sudah seharusnya dalam bekerja pun memiliki nawaitu yang sama. Tak bisa
dibayangkan jika orang yang begitu rajinya ibadah, namun dalam bekerja justru
banyak melakukan pelanggaran bahkan bertolak belakang dengan ibadah yang lain,
berarti baginya bekerja adalah bukan merupakan ibadah namun hanya sekedar
memperkaya fisik duniawi. Lalu dimana letak konsistensi makna ibadah jika
diantara kegiatan ibadah tersebut memiliki kadar kualitas yang berbeda-beda.
Sebuah
pekerjaan yang kita kerjakan dengan sebuah niat semata-mata ibadah, sudah pasti
dikerjakan tidak hanya menggunakan fisik saja, tapi keterlibatan perasaan dan
spiritual kita akan menuntun kita kearah yang lebih baik. Dengan begitu
penyimpangan dalam bekerja akan terdilusi. Ingatlah kita hidup didunia ini
tidak semata-mata mengumpulkan materi duniawi saja. Namun sebagai mahluk
spiritual, kita setiap saat bisa saja meninggalkan fisik duniawi yang kita
pinjam untuk sementara. Dan ketika kita kita meninggalkan fisik duniawi bukan
berarti ahir dari semuanya, karena energy kita tetap abadi untuk menjalani
kehidupan selanjutnya sebagai mahluk spiritual ( Itulah Hukum Kekekalan Energi)
Jika
kita belum memahami prinsip bekerja adalah ibadah dan merupakan perjalanan
spiritual menuju Tuhan, maka sebenarnya kita tidak memahami sejatinya hakikat
tentang hidup dan kehidupan yang sebenar-benarnya. Kalopun kita memahami prinsip
tersebut, maka itu hanya sekedar bahasa langit yang sudah dikenal dimana-mana atau
sebagai prinsip yang indah untuk dijadikan nasihat belaka. Alangkah baiknya
jika tidak hanya sekedar memahami namun juga manjadi bagian dari prinsip
tersebut. Trimakasih (WD)
No comments:
Post a Comment