Sebenarnya
agak risih aku menulis kisah ini, namun rasa-rasanya kok pingin ku kenang
sekelumit kisah yang terkadang jika di ingat membuatku tersenyum nyengir kuda
di depan cermin. Baiklah ku mulai saja kisah yang sudah puluhan tahun itu namun
masih jelas membekas di benakku, maklumlah seperti judul nya “CINTA PERTAMA”
yang memang pernah kualami. Ketika itu aku baru kelas 3 SMP, mungkin bagi
remaja sekarang udah telat, kok kelas 3 SMP baru cinta pertama, tapi masa
bodohlah karena memang seumuran itulah aku baru mengalaminya, mungkin karena ga
laku-laku…:-p
Saat
kelas 3 SMP itulah aku mulai naksir seorang yang beda sekolah, beda kampung, dan
tentu saja beda jenis kelamin, untuk poin ketiga aku pertegas lagi “BEDA JENIS
KELAMIN”. Saat itu dia baru kelas 1 SMP, tapi bagiku saat itu dia begitu
menarik hatiku. Kami jarang ketemu, dan tentu saja jarang komunikasi, karena frekuensi
ketemu yang sangat jarang itulah membuat rasa ini kangen dan lain-lain
bercampur aduk. Proses dan signal-signal naksir dariku pun mulai ku nyalakan, karena
jarang ketemu, maka saat ada kesempatan untuk bertemu maka kurapikan penampilanku
supaya tampil agak necis dan gaul, demi untuk sekedar curi-curi pandang dengan
nya. Namanya juga cinta pertama, jangankan bertemu langsung atau bertatap muka,
baru melihat genteng rumahnya saja hatiku sudah dag dig dug.
Sampai
suatu saat aku memberanikan diri untuk minta alamat sekolahnya. Wah…ternyata
signalnya ditangkap, dan alamat sekolah pun kudapat. Saat itu alamat sekolah
begitu penting, lantaran frekuensi komunikasi langsung yang sangat jarang terjadi,
maka alamat itu menjadi media berkirim-kirim surat, maklumlah saat itu memang belum
ada program TMD (Telepon Masuk Desa) apalagi SMS dan BBM an, wes pokoknya jaman
dulu lah.
Kenangan
terindahku adalah ketika aku menulis surat cinta ku yang petama, berhubung kalo
ketemu juga tidak pernah ngobrol berdua jadi untuk mengungkapkan segala
perasaan dan kata-kata rayuan, maka media surat itulah yang menjadi pilihanku
sebagai perekat perasaan. Namanya juga baru pertama kali menulis surat cinta, dari
proses memilih warna kertas suratpun aku tidak tahu dan karena memang belum pernah,
maka secara yakin kupilih kertas surat yang berwarna pink bergambar bunga-bunga
mawar yang kubeli dari hasil menjual ayam milik adiku yang ku curi, maklumlah
namanya juga belum punya penghasilan tetap, boro-boro untuk membeli kertas
surat dan perangko, sedangkan uang jajan harian saja pas-pasan.
Begitu
kertas surat dan perlengkapanya siap,
maka mulailah ku tuliskan syair-syair cinta rayuan handuk kumal dengan harapan
aku mendapat balasan yang juga seindah surat yang kukirim. Seminggu, dua minggu
tidak ada balasan, wah bisa-bisa patah hati ini, kalo tidak ada balasan dari dia, padahal aku
tahu surat itu hanya butuh waktu 3 hari saja untuk sampai ketujuan, itupun sudah
dengan perangko kelas ekonomi non AC pula. Tiap hari aku mengecek ke ruangan
dimana biasanya jika ada surat untuk siswa-siswa di sekolahku, maka surat-surat
itu pasti dipajang disana. Sengaja ku berikan alamat sekolahku sebagai alamat
untuk membalas surat, karena kalo dikirim alamat rumahku bisa-bisa dibaca sama
orang tua…wah ga lucu deh.
Dan
benar saja setelah masa penantian 2 minggu berlangsung, maka diminggu ke tiga
ada surat balasan dari dia, wah senengnya luar biasa waktu itu. Surat itu ku
bawa pulang, masuk kamar dan ku kunci rapat-rapat pintu kamar supaya tidak ada
orang lain yang liat. Deg degan rasanya saat membuka surat itu, namanya juga
cinta pertama. Namun begitu membaca surat itu, rasanya gondok sekali
perasaanku. Karena isinya tidak sesuai dengan yang ku harapkan. Kata-kata
pertama yang ku tulis disurat buat dia waktu itu adalah “SALAM KANGEN SELALU”….maka
disurat balasanya tertulis “ SALAM JITAK SELALU” dan selanjutnya dengan kata-kata yang meledeku,
“gak gaul” katanya. “Bikin surat kok begini, kertas suratnya norak, rayuan
gombal” katanya lagi dengan tambahan tanda seru yang banyak sekali. Waduh rasanya
rontok hatiku, kalau kata si Olga “Hancur..hancur..hancur..hatiku”. cintaku
yang pertama dan surat cintaku yang pertama bertepuk sebelah tangan. Tapi aku
tetap membalas surat dia dengan bahasa dan gaya yang mulai berubah, ku ikuti
alur surat yang dia kirim dan disitu aku mulai belajar bisa menulis surat cinta
dan memilih jenis kertas surat yang cocok.
Tak
bisa dipungkiri, setiap orang pernah merasakan yang namanya jatuh cinta,
rasanya ya seperti itu. Saat perasaan cinta sedang tumbuh, maka disitulah
segala perasan indah akan datang. Mengapa perasaan kita jadi indah..? karena ketika
kita memikirkan perasaan cinta, maka signal cinta dari pikiran kita akan
menarik sebanyak-banyaknya energi-energi kebaikan cinta yang berada di alam
semesta masuk kedalam perasaan kita, jika energy itu bersemayam dalam hati kita,
maka indahnya perasaan itu. Tapi ketika sebuah cinta menjadi tidak terbalas
seperti halnya yang kurasakan saat itu, maka perasaan kita menjadi hancur. Semakin
kita memikirkan tentang kehancuran, maka semakin hancur pula perasaan kita,
jika kita tidak lekas mengalihkan pikiran kita atau mengendalikan pikiran kita.
Jatuh
cinta, apalagi cinta pertama, begitu indah untuk dikenang saat perasaan itu
tumbuh, namun begitulah, terkadangku males mengingatnya saat cinta pertamaku
tidak terbalas bahkan hancur, yang ada jika ku ingat-ingat kejadianya aku jadi
nyengir-nyengir sendiri.
Tapi
pengalaman itu mengajarkan ku akan sebuah perasaan yang selalu saling
mempengaruhi satu sama lain. Jika ada sebuah perasaan yang sedang sedih, maka
perasaan itu bisa mempengaruhi perasaan yang dimiliki oleh orang lain untuk
ikut menjadi sedih, jadi perasaan itu ber resonansi kepada perasaan lain
disekitarnya yang memiliki frekuensi yang sama. Begitu juga dengan perasaan
gembira, ketika perasaan kegembiraan seseorang itu tertangkap oleh pihak lain
maka resonansi dalam frekuensi yang sama akan ikut merasakan kegembiraan. Lain halnya
jika ada perasaan kegembiraan itu malah membuat orang lain menjadi iri, atau
dengki. Maka yang terjadi adalah resonansi perasaan itu tidak dalam frekuensi
yang sama sehingga perasaan yang tangkap menjadi berbeda.
Inti
dari sebuah perasaan adalah pikiran. Kemampuan untuk mengontrol pikiran kita,
menjadi sebuah tolak ukur dan arah mau jadi seperti apakah diri kita. Apa yang
kita pikirkan, itulah diri kita. Semakin kita mampu dengan baik mengontrol
pikiran kita, maka semakin baik mula kita membentuk arah diri kita mau jadi
seperti apa. Dan tentu saja sebuah kontrol pikiran yang baik akan mempengaruhi
sikap kita secara emosional dan berpengaruh terhadap lingkup perasaan dan
pikiran disekitar kita. Oleh sebab itu, jika dirimu pernah ditolak cintanya,
maka jangan langsung sedih, murung, terus tidak mau makan dan lain-lain. Rugi tahu…..kontrolah
pikiranmu secara positif sehingga kemurungan dan kesedihan bisa langsung
dinetralisir. Trimakasih (WD)
No comments:
Post a Comment