Friday 8 June 2012

CINTA PERTAMA




Sebenarnya agak risih aku menulis kisah ini, namun rasa-rasanya kok pingin ku kenang sekelumit kisah yang terkadang jika di ingat membuatku tersenyum nyengir kuda di depan cermin. Baiklah ku mulai saja kisah yang sudah puluhan tahun itu namun masih jelas membekas di benakku, maklumlah seperti judul nya “CINTA PERTAMA” yang memang pernah kualami. Ketika itu aku baru kelas 3 SMP, mungkin bagi remaja sekarang udah telat, kok kelas 3 SMP baru cinta pertama, tapi masa bodohlah karena memang seumuran itulah aku baru mengalaminya, mungkin karena ga laku-laku…:-p


Saat kelas 3 SMP itulah aku mulai naksir seorang yang beda sekolah, beda kampung, dan tentu saja beda jenis kelamin, untuk poin ketiga aku pertegas lagi “BEDA JENIS KELAMIN”. Saat itu dia baru kelas 1 SMP, tapi bagiku saat itu dia begitu menarik hatiku. Kami jarang ketemu, dan tentu saja jarang komunikasi, karena frekuensi ketemu yang sangat jarang itulah membuat rasa ini kangen dan lain-lain bercampur aduk. Proses dan signal-signal naksir dariku pun mulai ku nyalakan, karena jarang ketemu, maka saat ada kesempatan untuk bertemu maka kurapikan penampilanku supaya tampil agak necis dan gaul, demi untuk sekedar curi-curi pandang dengan nya. Namanya juga cinta pertama, jangankan bertemu langsung atau bertatap muka, baru melihat genteng rumahnya saja hatiku sudah dag dig dug.

Sampai suatu saat aku memberanikan diri untuk minta alamat sekolahnya. Wah…ternyata signalnya ditangkap, dan alamat sekolah pun kudapat. Saat itu alamat sekolah begitu penting, lantaran frekuensi komunikasi langsung yang sangat jarang terjadi, maka alamat itu menjadi media berkirim-kirim surat, maklumlah saat itu memang belum ada program TMD (Telepon Masuk Desa) apalagi SMS dan BBM an, wes pokoknya jaman dulu lah.

Kenangan terindahku adalah ketika aku menulis surat cinta ku yang petama, berhubung kalo ketemu juga tidak pernah ngobrol berdua jadi untuk mengungkapkan segala perasaan dan kata-kata rayuan, maka media surat itulah yang menjadi pilihanku sebagai perekat perasaan. Namanya juga baru pertama kali menulis surat cinta, dari proses memilih warna kertas suratpun aku tidak tahu dan karena memang belum pernah, maka secara yakin kupilih kertas surat yang berwarna pink bergambar bunga-bunga mawar yang kubeli dari hasil menjual ayam milik adiku yang ku curi, maklumlah namanya juga belum punya penghasilan tetap, boro-boro untuk membeli kertas surat dan perangko, sedangkan uang jajan harian saja pas-pasan.

Begitu kertas surat dan perlengkapanya  siap, maka mulailah ku tuliskan syair-syair cinta rayuan handuk kumal dengan harapan aku mendapat balasan yang juga seindah surat yang kukirim. Seminggu, dua minggu tidak ada balasan, wah bisa-bisa patah hati ini,  kalo tidak ada balasan dari dia, padahal aku tahu surat itu hanya butuh waktu 3 hari saja untuk sampai ketujuan, itupun sudah dengan perangko kelas ekonomi non AC pula. Tiap hari aku mengecek ke ruangan dimana biasanya jika ada surat untuk siswa-siswa di sekolahku, maka surat-surat itu pasti dipajang disana. Sengaja ku berikan alamat sekolahku sebagai alamat untuk membalas surat, karena kalo dikirim alamat rumahku bisa-bisa dibaca sama orang tua…wah ga lucu deh.

Dan benar saja setelah masa penantian 2 minggu berlangsung, maka diminggu ke tiga ada surat balasan dari dia, wah senengnya luar biasa waktu itu. Surat itu ku bawa pulang, masuk kamar dan ku kunci rapat-rapat pintu kamar supaya tidak ada orang lain yang liat. Deg degan rasanya saat membuka surat itu, namanya juga cinta pertama. Namun begitu membaca surat itu, rasanya gondok sekali perasaanku. Karena isinya tidak sesuai dengan yang ku harapkan. Kata-kata pertama yang ku tulis disurat buat dia waktu itu adalah “SALAM KANGEN SELALU”….maka disurat balasanya tertulis “ SALAM JITAK SELALU”  dan selanjutnya dengan kata-kata yang meledeku, “gak gaul” katanya. “Bikin surat kok begini, kertas suratnya norak, rayuan gombal” katanya lagi dengan tambahan tanda seru yang banyak sekali. Waduh rasanya rontok hatiku, kalau kata si Olga “Hancur..hancur..hancur..hatiku”. cintaku yang pertama dan surat cintaku yang pertama bertepuk sebelah tangan. Tapi aku tetap membalas surat dia dengan bahasa dan gaya yang mulai berubah, ku ikuti alur surat yang dia kirim dan disitu aku mulai belajar bisa menulis surat cinta dan memilih jenis kertas surat yang cocok.  

Tak bisa dipungkiri, setiap orang pernah merasakan yang namanya jatuh cinta, rasanya ya seperti itu. Saat perasaan cinta sedang tumbuh, maka disitulah segala perasan indah akan datang. Mengapa perasaan kita jadi indah..? karena ketika kita memikirkan perasaan cinta, maka signal cinta dari pikiran kita akan menarik sebanyak-banyaknya energi-energi kebaikan cinta yang berada di alam semesta masuk kedalam perasaan kita, jika energy itu bersemayam dalam hati kita, maka indahnya perasaan itu. Tapi ketika sebuah cinta menjadi tidak terbalas seperti halnya yang kurasakan saat itu, maka perasaan kita menjadi hancur. Semakin kita memikirkan tentang kehancuran, maka semakin hancur pula perasaan kita, jika kita tidak lekas mengalihkan pikiran kita atau mengendalikan pikiran kita.

Jatuh cinta, apalagi cinta pertama, begitu indah untuk dikenang saat perasaan itu tumbuh, namun begitulah, terkadangku males mengingatnya saat cinta pertamaku tidak terbalas bahkan hancur, yang ada jika ku ingat-ingat kejadianya aku jadi nyengir-nyengir sendiri.   
Tapi pengalaman itu mengajarkan ku akan sebuah perasaan yang selalu saling mempengaruhi satu sama lain. Jika ada sebuah perasaan yang sedang sedih, maka perasaan itu bisa mempengaruhi perasaan yang dimiliki oleh orang lain untuk ikut menjadi sedih, jadi perasaan itu ber resonansi kepada perasaan lain disekitarnya yang memiliki frekuensi yang sama. Begitu juga dengan perasaan gembira, ketika perasaan kegembiraan seseorang itu tertangkap oleh pihak lain maka resonansi dalam frekuensi yang sama akan ikut merasakan kegembiraan. Lain halnya jika ada perasaan kegembiraan itu malah membuat orang lain menjadi iri, atau dengki. Maka yang terjadi adalah resonansi perasaan itu tidak dalam frekuensi yang sama sehingga perasaan yang tangkap menjadi berbeda.  

Inti dari sebuah perasaan adalah pikiran. Kemampuan untuk mengontrol pikiran kita, menjadi sebuah tolak ukur dan arah mau jadi seperti apakah diri kita. Apa yang kita pikirkan, itulah diri kita. Semakin kita mampu dengan baik mengontrol pikiran kita, maka semakin baik mula kita membentuk arah diri kita mau jadi seperti apa. Dan tentu saja sebuah kontrol pikiran yang baik akan mempengaruhi sikap kita secara emosional dan berpengaruh terhadap lingkup perasaan dan pikiran disekitar kita. Oleh sebab itu, jika dirimu pernah ditolak cintanya, maka jangan langsung sedih, murung, terus tidak mau makan dan lain-lain. Rugi tahu…..kontrolah pikiranmu secara positif sehingga kemurungan dan kesedihan bisa langsung dinetralisir. Trimakasih (WD)      

No comments:

Post a Comment