Rasa-rasanya
semua manusia pernah berharap sesuatu yang dikehendakinya, namun kepada siapa
mereka berharap, tentu tidak semua manusia memiliki kesamaan dalam pengharapanya.
Berharap untuk selamat dan sukses adalah harapan setiap manusia. Namun kepada
siapa harapan itu diajukan, tentu menjadi sebuah pilihan masing-masih pihak. Ada
kalanya jika keingingan untuk diberikan gaji yang cukup dari perusahaan, maka
kita berharap kepada boss kita dikantor. Dan ada kalanya kita berharap agar Negara
kita ini menjadi Negara yang makmur, maka kepada pemimpin negaralah kita
berharap. Tapi itulah harapan yang bisa dilakukan dalam bentuk sebuah ke
kongkritan duniawi yang nampak dalam pandangan mata.
Ketika
ketika sebuah harapan tersebut menjadi sebuah realitas, maka ucapan syukur dan
terimakasih tentuk kita ucapkan kepada pihak yang telah mewujudkan harapan
tersebut. Pihak itu bisa berupa manusia, atau apapun yang turut berkontribusi
dalam terwujudnya sebuah harapan.
Sebuah
harapan memang terkadang dapat terwujud atau pun tidak, dan jika harapan itu
dapat terwujud, tentu ada campur tangan pihak ketiga siapapun itu. Dan jika
harapan itu tidak atau belum terwujud, maka bisa jadi harapan kita tidak
sungguh-sungguh atau memang ada kehendak lain terhadap harapan itu.
Bagi
manusia yang memiliki keyakinan, maka makna kata “berharap”, bisa dikonotasika
dengan doa. Namun makna doa seharusnya berkonotasi positif. Jika sebuah doa di
ucapkan oleh seseorang untuk memohon kebaikan, keselamatan bagi dirinya, maka
tentu permohonan doa itu di ajukan kepada Tuhanya. Dan doa bisa dikabulkan
ataupun juga belum, bahkan tidak terkabul
dengan segala alasan yang hanya Tuhan lah yang tahu. Jika sebuah doa dari seseorang itu terkabul,
mungkin memang orang tersebut berdoa dengan kejujuran, ketulusan jiwa dan
ketulusan hati. Namun apa reaksi seseorang jika doanya tidak terkabul…? Macam-macam lah reaksinya…katanya Tuhan tidak
sayang, atau Tuhan tidak mendengar doanya dan lain-lain.
Sebuah
doa itu, seyogyanya di ajukan atas dasar sebuah harapan yang baik dari jiwa
yang tidak bersalah atas sebuah kezoliman atau ketidak mampuan. Sebuah doa di
ajukan atas dasar kebenaran yang tentu Tuhan lebih tahu kadar kebenaranya dari
manusia. Namun adakalanya manusia yang bersalah dan penuh dosa pun memiliki
harapan dan doa atas kesalahan dan dosa yang diperbuatnya. Seorang pendosa berharap
dan berdoa agar diberikan keselamatan pada dirinya dan pada keluarganya,
seorang pendosa berharap dan berdoa agar diberikan berlimpah harta dan
kekayaan. Kepada siapa mereka berdoa, tentu kepada Tuhan atas keyakinanya. Dan apakah
Tuhan adil jika mengabulkan doa para pendosa….? Ada kalanya seorang terpidana
yang masih menjalani persidangan selalu berdoa agar segera divonis bebas,
padahal secara hukum dimasyarakat dia telah melanggar norma hukum. Pertanyaanya,
apakah doanya serius atau tidak, iklas atau tidak, dan akan dikabulkan atau
tidak. Bahkan doapun dilakukan oleh
siapapun dalam kondisi terjepit.
Seorang
koruptor yang belum tertangkap saja setiap malam pasti akan berdoa agar
diberikan keselamatan dirinya dan keluarga, kenyamanan, kelimpahan rizki,
padahal dia sendiri menyadari bahwa dia adalah seorang koruptor dan hidup dalam
jalan yang salah. Dari sisi ketulusan dan kejujuran hati, tentu orang semacam
ini sudah membohongi dirinya sendiri dan tentu membohongi Tuhanya. Dan apakah
Tuhanya akan mengabulkan doanya…? Kalo aku
yang jadi tuhanya, tentu doa orang semacam itu akan kutolak mentah-mentah dan
akan kutuk dia jadi kambing Qurban karena akan lebih bermanfaat bagi manusia,
namun Tuhan yang sesungguhnya tentu tidak sejahat dan sepelit aku. Jadi apapun
hasil doa dari orang tersebut, tentu Tuhan punya alasan sendiri, dan jika ku
analisakan sendiri secara sederhana terhadapa terkabul atau tidaknya doa orang
tersebut, maka bisa ku simpukan bahwa, jika Tuhan tidak mengabulkan permintaan,
harapan dan doanya, itu karena Tuhan sayang sama dia, justru Tuhan berharap
agar dia segera dihukum, disucikan kembali harta dan hatinya, dan memuali hidup
kembali secara bersih. Namun jika permintaan, harapan dan doanya terkabul,
sebenarnya Tuhan juga masih sayang sama dia, dan masih memberikan waktu untuk
bertobat dengan cara yang lebih terhormat.
Maka
berhikmatlah dalam setiap doa yang yang terucap dan dampak yang di timbulkan
dari sebuah doa. Tuhan memiliki alasan sendiri atas doa yang kita panjatkan. Apapun
bentuk dari konsekwensi sebuah doa, maka berfikirla dan cermatilah secara
positif sehingga nurani akan terbuka. Trimakasih (WD)
No comments:
Post a Comment