Wednesday 8 February 2012

INSPIRASIKU HILANG



Ilmu menulis memang diajarkan disaat pertama kali kita mengenyam bangku sekolah, secara sederhananya adalah menulis abjad dan seterusnya sehingga dari abjad-abjad tersebut tersusunlah sebuah kata. Dari sebuah kata kemudian dikembangkan kata demi kata menjadi paragraph dan begitulah seterusnya sehingga menjadi sebuah bacaan dan artikel. Berarti tak bisa dipungkiri, jika semua orang yang pernah mengenyam bangku sekolah berarti bisa menulis. Kemudian di bangku sekolah pula kita mendapatkan pelajaran mengarang yang merupakan salah satu kurikulum pelajaran bahasa Indonesia. Tujuanya adalah untuk memperlancar kita dalam menulis dan menyusun kata-kata.



Tak hanya itu,  mengarang juga diperlukan sebuah imaginasi dimana kita mengcurahkan imaginasi kita kedalam bentuk kata-kata dan tulisan. Mungkin agak berbeda jika yang kita tulis merupakan sebuah karya ilmiah atau artikel surat kabar yang semua isinya harus berdasarkan fakta, data dan penelitian, tetapi tetap memiliki kesamaan dalam tata cara pengolahan kata demi kata untuk mempermudah penyampaian pesan yang diharapkan.  Dalam konteks ini dominasi yang saya fokuskan adalah menulis atau membuat coret-coretan dalam versi saya.

Sebuah imaginasi tidak muncul begitu saja jika kita tidak memiliki berbagai referensi dalam berbagai bentuk, bisa referensi itu berasal dari buku bacaan, buku cerita, sinetron, film dan lain-lain bahkan dari kisah-kisah hidup kita atau kisah hidup orang lain. Dari berbagai referensi itu maka kita dapat membayangkan barbagai kisah yang beragam sehingga akan tertanam dalam memori otak kita sebagai bahan untuk menyusun sebuah imaginasi. Dalam berimaginasipun dibutukan imaginasi yang kreatif jika ingin mendapatkan hasil sebuah tulisan yang kreatif bahkan dibutukan imaginasi yang out of the box.   

Adakalanya sebuah imaginasi muncul tatkala terpancing dari sebuah inspirasi yang ada dibenak yang ahirnya menjalar dan membentuk sebuah gagasan yang ahirnya terciptalah sebuah karya, atau mungkin juga sebaliknya sebuah imaginasi muncul tatkala dipancing dengan adanya sebuah inspirasi. Bayangkan saja saat kita menonton sebuah film yang terkadang alur ceritanya benar-benar diluar konteks pemikiran kita atau tidak terduga sama sekali oleh akal kita, atau saat kita membaca cerita dan kisah-kisah di pewayangan, maka itulah sebuah karya yang berawal dari sebuah imaginasi.   

Semakin tinggi frekuensi kita berimaginasi, maka sebenarnya semakin tinggi pula kemungkinan kita untuk merealisasikan imaginasi tersebut kedalam sebuah tulisan. Dan dalam meralisasikan dalam tulisan pun kita membutuhkan sebuah seni dalam mengolah kata demi kata, sehingga sebuah imaginasi itu mampu untuk mendobrak sisi emosional dari para pembaca. Sedangkan sisi spiritual tetap dibutuhkan sebagai penyeimbang content jikalau kita masih ingin tetap disebut sebagai manusia ciptaan Tuhan.

Sebuah inspirasi dapat serta merta muncul disaat yang tak terduga bahkan terkadang sama sekali tidak muncul disaat yang dibutuhkan. Apakah seperti itu kondisinya…? Menurut subyektifitas dan berdasarkan pengalaman saya, memang sebuah inspirasi itu bisa muncul kapan saja dan dimana saja dan bisa hilang begitu saja, tergantung dari kondisi emosional dan psikologi kita. Pada saat mood kita lagi jelek, jangankan menulis, menghayalpun terkadang kacau dan ngawur, sesuai dengan isi hati kita pada saat itu. Namun kengawuran itupun sebenarnya bisa menjadi sebuah inspirasi meskipun hasilnya juga ngawur.

Dalam kondisi kita lagi malas pun mempengaruhi produktifitas dalam berimaginasi untuk dituangkan dalam sebuah karya. Jadi tidak ada kata lain selain tetap ngotot dan maksain nulis, meskipun hasilnya juga apa adanya. Dan memang coretan ini saya tulis diantara tenggang waktu, dimana tidak ada aktifitas saya untuk mencoret-coret setelah coret-coretan saya yang terahir kira-kira mapir 3 minggu.  Bukan tidak ada inspirasi yang masuk ataupun lupa untuk berhayal, tapi lebih kepada sifat yang agak berpura-pura lupa untuk mencatat di kertas atau di handphone dari setiap inspirasi yang muncul,  sehingga dari kepura-puraan menjadi lupa tersebut ahirnya menjadi lupa beneran. Dan ahirnya pada saat mau merealisasikan coretan-coretan tersebut, walhasil susah sekali mengingat inspirasi-inspirasi yang sudah pernah bersliweran di otak, maklum mungkin karena kesibukan (…..hmmm bilang aja sudah tuwir) .

Tapi apapun bentukanya, ini merupakan expresi saya,  dan bentuk protes saya terhadap saya sendiri atas beberapa inspirasi saya yang hilang. Hilang lenyap sih tidak, namun hanya butuh ruang sejenak untuk kembali mengingat dan melacak inspirasi yang hilang tersebut.  Intinya mengingatkan saya untuk tidak bermain-main dengan inspirasi.  Pernah suatu ketika inspirasi bagus muncul di benak disaat yang kurang tepat dimana saya sedang berkendaraan dan tidak sempat membuat catatan, dan ahirnya inspirasi itu hilang pada saat saya sampai ditempat tujuan. Pertanyaanya,  sesingkat itukah memori saya…? Jangan dijawab yah.  

Namun jika saya berhasil mengingat sebuah inspirasi, maka membuat coretan itu mudah, bahkan  semudah ketika pak polisi mengetik dan membuat surat laporan kehilangan KTP. Semua tercurah dengan enteng, yakin dan pasti meski sedikit ada rekayasa. Cukup dengan menemukan judulnya saja maka jari-jari ini secara singkron dengan otak bekerja dan berhayal bersamaan. Dan itulah cara membuat coret-coretan versi saya yang saya yakini semua orang sangat bisa melakukanya.

Jika menghayal saja bisa, berarti menuangkan hayalan dalam kertas pun harusnya bisa, apalagi saat sekolah dasar sudah mendapatkan pelajaran mengarang, maka sebuah kombinasi yang mantap antara menghayal atau berimaginasi, mengarang lalu menulis, dan apapun nanti hasilnya …ya itulah realisasi sebuah hayalan. Dan yang perlu di ingat bahwa banyak karya dan fakta serta kisah yang sekarang menjadi nyata karena berawal dari sebuah imaginasi kreatif.  Tak perlu mencari alasan karena bukan seorang penulis atau membatasi diri dengan alasan kehilangan inspirasi seperti saya.   

 Namun jikalau tetap saja ada yang tidak bisa, mungkin boleh bertanya kepada pak Polisi yang biasa mengetik surat laporan kehilangan KTP. Trimakasih (WD)    
       
  

No comments:

Post a Comment