Tuesday 13 September 2011

ILMU DAN PENGALAMAN



Beberapa waktu yang lalu, aku memberanikan diri untuk merenovasi rumah mungilku meski kusadari dana yang ku punya cukup pas-pasan. Dengan dana yang pas-pasan tersebut ku coba untuk membuat rencana anggaran proyek (RAP) semampuku, pokoknya dengan dana segitu berharap rumahku tampil ceria dan nyaman serta nampak mentereng.

Meski aku bukan ahli teknik sipil tapi faktor kenekatanku itulah yang memaksaku untuk mendesign sendiri bentuk rumah itu. Bermodalkan browsing internet dan surview lapangan, ku seleksi bermacam-macam bentuk rumah yang menurutku sederhana tapi lumayan dan nyaman. Maka kumulailah proyek kecil-kecilan itu sambil belajar otodidak dan diskusi dengan para mandor dan pekerja tukang. Dari obrolan-obrolan itulah sebenarnya tanpa sepengetahuan para mandor dan tukang, kucuri dan kupelajari ilmu mereka dan wal hasil, seolah aku menjadi ahli bangunan instan yang mengarahkan dan memberi petunjuk mandor dan para pekerja.



Mulai dari berapa kebutuhan jumlah besi, pasir, semen, bata, gypsum, kayu, pipa bahkan sampai upah pekerja per hari dan lain-lain, semua ku hitung sendiri dan ku surview sendiri langsung ke toko bangunan.  Dalam penentuan harga matrial pun tak luput dari kebiasaanku yang selalu tawar-menawar harga dan berpindah-pindah toko matrial untuk membandingkan dan menentukan harga terendah. Dan hasilnya memang cukup lumayan menurutku untuk seorang kontraktor gadungan dan instan sepertiku. Bahkan prediksi biaya yang cukup tinggi dari seorang mandor pun ahirnya harus mengalah jika dibandingkan dengan RAB yang sudah ku buat dan cukup rasional, meski harus ku akui ada deviasi 5-10% dana yang harus ku siapkan.

Dari hasil kenekatanku itu, ternyata aku dipercaya untuk menggarap beberapa proyek rumah lagi untuk membuat analisa Rencana anggaran belanja proyek sekaligus menjadi Pimpinan proyek kecil-kecilan….weleh-weleh anda saja para mandor dan tukang itu tahu bahwa aku sebenarnya hanya Arsitek gadungan yang ber Akting layaknya Arsitek profesional .

Apa yang pernah kulakukan itu tak lebih karena keingintahuanku terhadap sesuatu yang nyata didepan mata, masuk akal dan layak untuk dipelajari. Dan ilmu itu bisa di cari dari mana saja dan bersumber dari siapa saja. Ilmu dan pengalaman itu menjadi begitu pentingnya jika dapat di aplikasikan langsung dan dapat dinikmati langsung hasilnya. Tetapi manakala sebuah ilmu yang begitu penting dan pemiliknya kurang bisa memanfaatkan dan mengaplikasikanya, maka ilmu hanya menjadi sebuah bentuk teori dan hanya di buktikan dengan sebuah sertifikat atau ijazah.

Begitu mudah dan murahnya mencari ilmu jika keseriusan dan niat menjadi dasar keingintahuan seseorang. Belajar di sekolah sampai perguruan tinggi itu penting, tapi belajar dari lingkungan dan pengalaman juga tak kalah pentingnya bahkan ada yang berpendapat ilmu dan pengalaman dari lingkungan itu lebih penting karena langsung bersinggungan dengan obyek keilmuan yang dipelajari.
Saat ini lembaga pendidikan banyak sekali mencetak para pencari kerja dan bukan para penyedia lowongan kerja atau enterpreneur. Bahkan banyak juga para pencari kerja yang ahirnya harus bekerja pada bidang yang kurang sesusai dengan latar belakang pendidikanya. Banyak para banker dengan latar belakang tehnik pertanian, peternakan, ilmu komunikasi, ilmu Sospol dll yang sebenarnya tidak pernah mempelajari dunia perbankan. Tetapi tak sedikit pula yang berhasil. Mereka mampu membuktikan bahwa formalitas keilmuan yang didapat di lembaga pendidikan, hanya benar-benar sebatas formalitas, dan selebihnya belajar dari pengalaman dilapangan dan niat keseriusan untuk belajar. Bahkan ada seorang teman yang cukup handal strategi pemasaran dan mendapat ilmu itu dari pengalaman lapangan harus mentok posisinya hanya karena sebuah legalitas keilmuan atau ijazah.

Jika sebuah keilmuan formal bidang tertentu harus dibayar mahal untuk mendapatkanya, maka seharusnya jangan pula menutup kemungkinan untuk mempelajari hal-hal lain diluar standar keilmuanya. Janganlah takut berilmu walau itu ilmu tentang semut sekalipun, karena semakin banyak dan langka ilmu yang kita miliki maka semakin penting kedudukan kita.

Alangkah indahnya jika manusia itu bijaksana dalam keilmuanya, selain baik untuk diri sendiri mudah-mudahan pun berguna untuk orang lain. Dan jangan lupa, dari setiap ilmu yang kita miliki, maka Tuhan punya maksud terhadap kita atas anugrah ilmu yang telah kita dapat. Sebuah egoisme dari penguasaan keilmuan seorang yang merasa lebih dibandingkan dengan yang lain dan tanpa dilandasi sebuah ke arifan, biasanya akan membuat orang itu cenderung merasa selalu benar dan kurang bisa menerima kritik. Tapi apapun bentuknya Tuhan telah menciptakan berbagai jenis keilmuan, dan karena ilmu itu datangnya dari Tuhan melalui sebuah proses, maka gunakanlah sesuai dengan kodrat keilmuan tersebut.

Pengalaman kecilku tersebut bukan apa-apa dibandingkan banyak pengalaman diluar sana yang lebih luar biasa, hanya cukup untuk pembelajaranku dan sebuah motivasiku pribadi, tapi setidaknya dasar pengalaman itu sebenarnya ada dalam tiap-tiap individu yang mau untuk belajar, tidak hanya sekedar berteori tapi harus juga action. Trimakasih (WD) 

No comments:

Post a Comment