Tuesday 20 September 2011

OBROLAN LEBARAN


Lebaran tahun ini dan seperti lebaran tahun-tahun sebelumnya selalu membawa kesan yg berbeda-beda. Libur panjang idul fitri serta tradisi Mudik tahunan yang tidak pernah bosan selalu akan kulakukan. Tiap-tiap acara mudik lebaran membawa makna yg berbeda-beda bagiku, dari mulai proses mudik, sesampainya di kampung halaman dan peristiwa demi peristiwa selama dikampung halaman yang begitu membuatku selalu sadar makna sebuah kampung halaman. 

Setiap mudik lebaran yang hanya setahun sekali itu, selalu kuamati perkembangan demi perkembangan yg terjadi dikampungku, mulai dari gosip murahan,  perkembangan penduduknya, kegiatan perekonomian dan sosialnya, bahkan sampai tingkat investasi jangka panjang untuk kampungku.



Memang dari sekian lama sejak kutinggalkan, begitu banyak perubahan-perubahan yang terjadi mulai dari pertumbuhan penduduk, pertumbuhan ekonomi dan pergeseran budaya yang menurut amatanku bergerak lebih dinamis kearah kemajuan. Banyak perubahan nasip dari masing-masing individu yang dulu biasa saja, sekarang menjadi lebih dari sekedar biasa. Dari dulu yang tidak punya apa-apa, sekarang menjadi orang kaya. Tapi masih ada juga beberapa yg tidak mengalami perubahan.

Bagi yang kuat dan tinggi semangatnya dalam mengais rizki, maka disitu tersedia peluang dan lumbung yg dapat di manfaatkan dengan baik, tapi bagi yang kurang mampu membaca peluang, maka perubahan itu hanya keniscayaan.
Mengais rizki itu bisa dimana saja, karena tuhan menciptakan peluang dimana-mana selama ada kemauan. Tak harus merantau kekota untukk merubah perekonomian keluarga, tapi yang sudah terlanjur kekota ya disukuri saja.
Dan seperti biasanya di bulan yang fitri, kegiatan silaturahmi antar saudara, tetangga, teman pun terjalin dengan baik, sehingga moment seperti ini sungguh membuatku merasa tingkat rasa sosial masih sangat tinggi. Saling menyambangi rumah famili dan tetangga membuktikan bahwa memang sebuah kemenangan harus dirasayakan dengan bersilaturahmi.

Bagiku sendiri Silaturahmi di saat lebaran di kampung menjadi peristiwa yang langka, adakalanya dalam satu tahun itu hanya bertemu saudara atau teman sekali yaitu saat lebaran dan menjadi ajang tukar pikiran, ngobrol, dan sekedar mengingat masa-masa lalu. Obrolan demi obrolan mengalir bagaikan air yang sudah lama terbendung, saling bercerita tentang pengalaman masing-masing, pekerjaan dan lain-lain. Hal semacam inilah yang terkadang membuatku rindu dengan kampung halaman.

Perubahan demi perubahan terus terjadi di kampungku, dari harga bakso 300 rupiah semangkok saat kutinggalkan dulu, sekarang sudah mencapai 8000 rupiah, berarti telah terjadi hiper inflasi lebih dari 1000% selama kurun waktu hampir dua dasawarsa. Anak-anak yg dulunya masih ingusan, sekarang sudah dewasa bahkan sudah pada menikah. Dan tak bisa ku pungkiri jika banyak generasi-generasi baru di kampungku yg sama sekali tidak ku kenal.
Itulah makna mudik bagiku, terlalu dramatis untuk diceritakan namun begitu cepat untuk ditinggalkan karena tugas rutinitas sudah menanti diperantauan. 

Terkadang timbul keinginanku unk mengabdikan diri dikampung, turut bersama teman-teman memajukan kampung, membangun bisnis dan menghabiskan waktu di kampung pula, sebuah keinginan yang sepertinya layak  kupertimbangkan. Karena aku pribadi tidak mau merasa asing di kampung sendiri.

Terkadang muncul keherananku ketika ada beberapa teman tega menjual rumah dan tanah kelahirannya untukk pindah ketempat lain dengan berbagai alasan ekonomi. Bagiku sendiri betapa miris jika melihat rumah dan tanah dimana masa kecil kita habiskan disana, tetapi suatu ketika sudah berubah menjadi bangunan baru dan bukan milik kita lagi. Bagiku rumah kelahiran adalah sebuah pusaka dan pusat sejarah kita berasal. Bagaimanapun kondisinya, akan tetap menjadi bagian sejarah hidup kita yang bisa menjadi kenangan kelak.

Semoga kampungku tetap menjadi kampung yang membuat orang merasa betah tinggal dan menetap disana. Keramah-tamahanya, kekeluargaanya, dan tentunya juga menjadi pusat bisnis yang menjanjikan.     
Kondisi perubahan yang terus terjadi dikampungku, sama halnya dengan sebuah roda kehidupan yang terus berjalan. Jika kita tidak mampu untuk mengikuti jalanya roda kehidupan, maka kita akan tertinggal bahkan tergilas. Itulah pentingnya sebuah semangat untuk terus mencoba eksis dalam hidup, dimanapun, kapanpun, dalam kondisi apapun. Untuk mencoba eksis dalam hidup yang tidak hanya sekedar hidup, dibutuhkan sebuah semangat, ketekunan, keuletan dan ketrampilan dalam mengelola hidup. Karena hidup ini akan lebih bermakna jika kita mampu untuk memaknai hidup sesuai dengan kodrat penciptaan. Hidup tidak hanya sekedar hidup, tapi hidup yang lebih berkualitas dan menjadi bermanfaat bagi orang lain meski kontribusi manfaat itu dimulai dari besaran seujung kuku.

Terkadang obrolan-obrolan lalu lalang yang ku lakukan, memang hanya sekedar obrolan angin lalu, tetapi jika angin lalu itu bertiup berulang-ulang, maka akan terasa juga manfaatnya jika kita jeli dalam menyimak dari sekian banyak obrolan. Sebuah obrolan pada dasarnya adalah interaksi sesama manusia yang saling tertarik untuk  bertukar pengalaman dan saling belajar dari masing-masing pengalaman rekan yang di ajak ngobrol. Masing-masing dapat belajar tentang karakter, watak, kepribadian, wawasan, dan pengalaman yang mungkin bisa kita gunakan sebagai rekomendasi dan motivasi untuk menjalani aktivitas hidup yang lebih baik.

Semakin banyak kita bertukar wawasan dengan orang lain, maka sadar atau tidak, wawasan dan pengetahuan kita akan bertambah. Oleh sebab itu, jangan remehkan sebuah obrolan, apalagi obrolan yang berkualitas, karena dari obrolan-obrolan itulah akan terbentuk komunitas-komunitas perkumpulan yang dapat membuka segala peluang dan ilmu untuk eksis dalam hidup. Trimakasih (WD) 

No comments:

Post a Comment