Thursday 7 July 2011

S A R U N G




Benda wasiat yang satu ini begitu berkesan buatku, selain untuk sholat juga bisa untuk selimut tidur. Bahkan selain itu benda ini juga merupakan senjata wajibku ketika di kampung sebagai staf ahli intelejen kegiatan malam alias petugas ronda malam. Dan sampai saat ini pun benda yang satu ini begitu dekat sekali dengan kehidupanku. Benda sederhana ini bernama SARUNG.

Sebuah benda yang sederhana dari bentuknya yang minimalis dan corak yang tidak mengalami perubahan dari waktu kewaktu, kalo tidak kotak-kotak ya garis-garis. Benda ini juga tidak lekang ditelan moderenisasi. Keabadianya memang patut di acungi jempol.



Begitu unik dan multi fungsi, itulah kata yang tepat untuk sebutan benda bernama SARUNG. Dari zaman ke zaman bentuknya tak berubah, hanya sehelai kain persegi panjang yang dikaitkan kedua sisinya lalu dijahit.
Begitu multi fungsinya, SARUNG juga bisa digunakan untuk acara-acara resmi sebagai pelengkap busana daerah. Bahkan setiap di negri ini memiliki ke khasan design dan motif serta bahan kain SARUNG. Dan buatku sendiri SARUNG merupakan teman santai dan selimut tidurku kala dirumah. Bahkan juga selalu kubawa saat aku bepergian untuk menginap. Rasanya kurang nyaman jikalau tanpa SARUNG.

Dari bentuknya saja memang sebenarnya kurang layak untuk selimut tidur, ukuran yang hanya setengah badan ku itu agak susah aku mengaturnya agar nyaman terselimuti badanku. Ketika kutarik untuk menutup bagian kepalaku, maka bagian kaki jadi terbuka dan begitu juga sebaliknya. Sebuah pilihan yang sulit memang untuk memilih mana yang harus terlindungi dalam posisi tidur, tapi ahirnya secara alamiah ditemukanlah sebuah posisi tidur nyaman berselimut kain SARUNG yaitu meringkuk agar posisi kaki dan kepala jadi tertutup.

Sebuah tradisi memang selalu menjadi tradisi, meski moderenisasi terus berkembang tapi keanekaragaman kearifan lokal pun mesti dilestarikan. Budaya tetaplah menjadi budaya, meski ada infiltrasi terhadap budaya agar lebih modern. Dapat kubayangkan dengan keanekaragaman tradisi dan budaya di negriku dari Sabang sampai Marauke, akan menjadi sebuah keunikan daya tarik yang mungkin tidak dimiliki oleh negri lain.

Tetapi alangkah miris ketika tradisi dan budaya ini menjadi terlupakan karena dianggap kuno dan ketinggalan zaman oleh generasi sekarang. Tapi memang begitulah arah dunia ini tertuju dan tak bisa dipungkiri lagi. Ketika sebuah tradisi, budaya dan etika terdilusi dengan alasan civilization ( Peradapan ) dunia yang semakin berkembang, maka tak bisa dipungkiri juga sebagai manusia kita tidak dapat menolak nya. Yang bisa kita lakukan adalah berhikmat dan mawas diri untuk sebuah perubahan paradigm modern yang harusnya lebih beretika dan berbudaya. Dengan maraknya pandangan dunia modern saat ini, tidak menutup kemungkinan seluruh kearifan lokal perlahan dan pasti akan sirna dengan dalih dan pembenaran yang di konstitusikan. Wong membunuh orang saja kalo di bolehkan dalam konstitusi ahirnya menjadi halal. Trimakasih (WD)

No comments:

Post a Comment