Sunday 10 July 2011

BUKU DAN SEBUAH HIASAN




Memang tak bisa dipungkiri jika seseorang yang dekat sekali dengan buku, maka sebuah image yang akan muncul pada orang itu adalah seorang kutu buku. Mengesampingkan apakah buku itu benar-benar dibaca atau tidak. Tapi kesan pertama itulah yang ditangkap orang.

Buku memang gudang ilmu, orang yang sehari-hari dekat dengan buku bisa dipastikan dia adalah senang membaca buku atau kaya akan ilmu, kecuali dia adalah penjual buku. Bahkan sekarang tidak sedikit para penjual bukupun ketularan pintar karena ikut-ikutan membaca buku.



Tak bisa kupungkiri, aku memang dekat dengan buku, tapi bukan berarti aku hoby membaca buku. Dari mulai SMA sampai dengan kuliah pun aku hoby mengkoleksi buku. Dari buku pelajaran sekolah, buku cerita komik, sampai buku-buku pengetahuan umum, hingga penuh rak buku ku dengan koleksi-koleksi buku. Buku-buku itu ku dapatkan dari mulai membeli sendiri, meminjam namun tak kukembalikan, bahkan ada juga yang diberikan gratis sebagai hadiah.

Ketika menginjak kuliah, kusadari harga buku resmi di toko buku semakin mahal, tapi ini tak mengurangi niatku untuk terus mengkoleksinya. Kucari buku-buku kuliah itu di toko buku black market yang harganya bisa diskon 30 persen bahkan setengahnya karena memang kualitas kertasnya berbeda, namanya juga buku bajakan. Apalagi ketika buku teks wajib dari kampus yang tebalnya setebal bantal harus dibeli, dan harganya untuk buku yang asli benar-benar cukup menguras kantong. Maka strategi berburu buku bajakan pun bersemi dalam pikiranku. Meski buku-buku itu sejatinya hanya untuk pantes-pantesan biar disebut mahasiswa yang rajin membawa buku ke kampus.

Kusadari sesadar-sadarnya, buku-buku yang ku koleksi itu hampir semuanya belum kubaca, kalopun membaca mungkin hanya judul dan resensi nya saja, kecuali buku yang ku anggap menarik untuk dibaca. Tapi aku begitu hafal ketika buku-buku itu ada yang hilang atau berpindah lokasi alias dipinjam teman atau orang dan tak dikembalikan. Ya…aku memang belum/tidak membaca semua buku-buku koleksiku, tapi paling tidak aku mencoba untuk mengingat judul-judul buku yang pernah ku beli. Ingat atau hafal judulnya saja menurutku sudah beruntung. Jadi ketika aku dihadapkan dengan sebuah masalah atau sesuatu yang belum ku ketahui tapi ada sedikit keinginanku untuk tahu lebih dalam, maka ku kaitakan dengan judul-judul buku koleksiku, lalu ku cari buku itu dan baru kubaca satu atau dua lembar untuk membantu mencari refresi.

Ketika saat aku pindah rumahpun, tak pernah kutinggalkan koleksi buku-buku itu, bagiku buku-buku itu adalah hard disc eksternal ku yang harus ada ketika aku membutuhkan file nya. Bahkan aku enggan untuk menghibahkan sebagian atau sedikit buku-buku itu untuk disumbangkan ketika ada sosialisasi dan promosi untuk menyumbangkan buku-buku bekas.

Sebuah fakta yang ku hadapi, meski aku tidak hoby sekali untuk membaca, tapi begitu cintanya aku terhadap buku-buku itu terutama buku-buku yang menurutku penting, meski kecintaanku itu lebih kepada untuk mengkoleksinya. Meski aku tidak hoby sekali membaca buku, tapi paling tidak aku menyediakan sarana bagi keluargaku untuk sama-sama sekedar mengingat judul-judul buku itu.

Selain sebagai ekternal hard disc ku, koleksi buku-buku itu bisa juga kujadikan sebagai hiasan lemari dan rak dirumah. Terserah anggapan orang yang berkunjung atau bertamu kepadaku, mau mangganggap aku sebagai kutu buku atau kutu kupret. Tapi memang aku lebih menyukai koleksi buku sebagai hiasan daripada koleksi perabotan hiasan rumah. Mungkin juga karena jika dibandingkan dengan perabot rumah seperti guci atau lukisan, maka harga buku ralatif lebih murah. Dari sisi keindahanpun buku juga memiliki nilai estetika….ya estetika dari sudut pandang masing-masing.

Seiring perkembangan zaman, keberadaan buku sebagian sudah tergantikan dengan adanya Internet dan E-Book ( Buku Elektronik). Tapi untuk kedua akses tersebut tentunya saat ini baru bisa di akses untuk kalangan menengah dan menengah keatas. Tapi keberadaan buku secara fisik saat ini masih tetap akan bertahan untuk jangka waktu yang mungkin tidak lama lagi. 

Jika ku gambarkan bahwa buku merupakan Eksternal Hard disc bagi ku, maka untuk kedepanya kemungkinan buku bisa langsung menjadi hard disc yang terinstal didalam computer. Hayalanku, jika sudah ditemukan sebuah chip yang berfungsi sebagai hard disc yang menyimpan puluhan bahkan ratusan informasi dan E-Book, dan chip itu bisa ditanam dan terkoneksi langsung dengan otak manusia sebagai prosesornya, maka tidak menutup kemungkinan manusia masa depan menjadi sosok yang super genius tanpa belajar atau membaca, hanya cukup dengan meng install chip tersebut kedalam aplikasi otak manusia. Jangankan hanya mangingat judul buku yang bisa saat ini kulakukan, menghafal satu persatu huruf, kata dan kalimat yang ada dalam buku pun, pasti tak akan terlewatkan.  Terimakasih (WD) 

No comments:

Post a Comment