Friday 10 June 2011

PROVOKATOR KAMPUNG


“Wah ada layar tancep” itulah ekpresi kegembiraanku ketika di lapangan sepak bola kampungku digelar layar tancep. Sebuah hiburan rakyat yang memang kami tunggu-tunggu dimana memang jarang sekali hiburan rakyat seperti ini digelar di sebuah kampung yang memang waktu itu begitu sepi. Dan seolah terobati dahaga ini karena begitu langkanya hiburan rakyat dan sejenisnya hadir di kampungku.

Maka tumpah ruahlah masarakat dikampungku untuk sekedar berkumpul dan menikmati sajian layar tancep yang filmnya pun juga sudah usang alias film-film zaman dulu. Tapi bagi ku yang memang sungguh haus hiburan, hal itu tak membuat ku untuk enggan hadir dalam even yang bisa saja kubilang even akbar.  Ternyata tak hanya masyarakat kampungku saja yang hadir pada even itu, dari kampung-kampung tetanggapun tak menyia-nyiakanya dan turut serta dalam even akbar itu.   



Berhubung pertunjukan layar tancep ini gratis maka tak perlu kukeluarkan modal apapun, karena memang zaman sekolahku dulu tak ada alokasi Anggaran dan Belanja untuk layar tancep. Boro-boro untuk anggaran itu, untuk menempuh jarak ketempat pertunjukan pun terpaksa jalan kaki. Sebuah pengorbanan untuk sebuah even akbar sekelas Layar tancep.

Dan layaknya sekumpulan mafia Yakuza , maka kami berangkat beramai-rami  dan bergerombol. Maklumlah even ini digelar di kampungku sendiri, jadi kamilah yang berkuasa…... Dan ahirnya sampailah aku di lapangan tempat pertunjukan layar tancap.

Begitu ramainya dan tumpah ruah, dari mulai anak-anak, ABG, orang dewasa, bahkan MANULA pun tak luput dalam even akbar ini.  Aku dan beberapa temanku terus beroperasi, dan berpatroli seolah-olah ingin mengamankan even akbar ini agar berjalan tertip…maklumlah ini teritorial kami. Setelah beberapa saat berpatroli, kok rasa nya mulut  ini asam tanpa asap rokok,..tapi tak kuasa untuk membeli rokok meski hanya ketengan, dan lebih parahnya tak ku temukan pula satupun mesin ATM disekitar lapangan itu.

Setelah rapat singkat antar sesame teman, maka kami putuskan untuk melakukan agresi “MINTA ROKOK “ dengan sedikit maksa kepada pengunjung yang sebelumnya harus kupastikan dulu bahwa yang menjadi target agresi adalah bukan warga kampungku alias warga kampung tetangga.

Dan target pun terbidik, seorang ABG seumuran dibawah kami bakal menjadi target agresi. Dan temanku pun langsung meminta rokok dengan sedikit maksa. Setelah  terjadi sebuah perdebatan ternyata hasil tak didapat, malah ABG itu ngadu ke teman-temanya dan ternyata jumlahnya lebih banyak dari jumlah kami dan dari kalangan orang dewasa pula. Apa boleh buat kami pun mundur teratur untuk mengatur strategi.

Maka kutemui teman-temanku dari beberapa kampung yang lain yang kebetulan juga hadir dalam even itu untuk bergabung dan sedikit  beradu nyali dengan warga kampung yang kami palak itu. Maka dengan sedikit bumbu-bumbu provokasi dan politik devide et impera, pacahlah tawuran sengit ala kampung di tempat even akbar berlangsung. Memang semboyan “Bersatu kita teguh, Bercerai kita runtuh” sangat dahsyat. Dan memang tak butuh waktu yang lama, maka kocar kacirlah pihak lawan.. Dan yang lebih mengharukan, sementara mereka sibuk dengan tawuran, maka kami malah asik menjauh dari pertempuran dan menyaksikan pertempuran itu dari jauh, maklumlah kami sebagai elit mafia kampung, jadi tak purlu susah payah untuk berkeringat, cukup bekerja dengan otak saja.

Cerdik atau licik mungkin beda tipis tapi itulah sebuah fakta, sebuah trik dan intrik bisa saja digunakan untuk apa saja, apakah perkara itu benar atau salah, intinya adalah sebuah pencapaian. Tak jauh beda dengan sebuah politik bernegara dimanapun, intinya adalah kemenangan sepihak. Tak ada pihak-pihak yang ingin semuanya menang, karena jikalau ada pihak yang berfikir semuanya menang, maka permainan itu sendiri sebenarnya tidak akan ada. Kalaupun ada sebuah win win solution, maka itu hanya bersifat sementara dan hanya menjadi sebuah bom waktu yang akan meledak setelah masa waktunya tiba. Dan tak ada kekalahan yang tidak pahit, meski ada sebuah kalimat yang mengatakan “ KALAH DALAM SEBUAH PERMAIANAN ITU BIASA” namanya juga permainan pasti ada kalah dan ada menang.  Tentu saja kalimat ini hanya berlaku bagi pihak yang kalah sebagai upaya untuk penyemangat dan pengobat kekalahan, tapi bagi pihak pemenang pasti tidak terima dengan kalimat itu….bagi pemenang “ MENANG YA MENANG, DAN KALAH YA KALAH “.

Bagi sebuah aksi apapun, seorang dalang dan otak tetap bertanggung jawab dalam sebuah peristiwa. Seorang Jendral yang memerintahkan anak buahnya untuk berperang, harus bertanggung jawab sepenuhnya jikalau terjadi kejadian-kejadian diluar ketentuan, meski itu diluar control seorang jendral itu sendiri. Layaknya seorang pemimpin negri pun harus bertanggung jawab jikalau ada kejadian yang menimpa anak buahnya atau rakyatnya.

Begitu juga dengan para mafia Kampung itu, meski di arena pertempuran meraih kemenangan, tapi karena cara yang dilakukanya adalah salah dan diluar prosedur maka tetap saja harus bertanggungjawab. Dan benar saja 2 hari setelah kejadian itu, saat aku mau berangkat sekolah, seorang kopral tentara menghampiriku dan mengawalku kekantor koramil untuk diperiksa.
Didalam kantor koramil itu kulihat seorang pria muda berpenampilan cepak layaknya seorang serdadu yang mukanya agak babak belur. Siapakah dia……?? Waduh….ternyata dia adalah salah satu korban tawuran dari pihak lawan yang memang seorang serdadu.
Setelah negosiasi yang cukup alot, dan demi terciptanya rasa damai bagi semua pihak, aku dan beberapa temanku harus membayar biaya perobatan sang serdadu tersebut, alias kami di denda. Ya sudahlah, sebagai wujud tanggungjawabku dan rasa keadilan di negri ini, maka ku iklaskan saja uang denda itu yang notabenya juga bukan aku yang bayar tapi Bapaku.  (WD) 

No comments:

Post a Comment