Wednesday 15 June 2011

PAK OGAH DAN POLISI 100 (CEPEK)




Di persimpangan jalan raya dekat komplek rumahku ada sebuah pemandangan unik yang selalu saja membuatku geli tapi sekaligus kagum. Geli karena pemandangan ini belum pernah kutemui sebelumnya ditempat lain dan benar-benar lain dari yang lain, yaitu kelakuan dari seorang pengatur jalanan informal atau yang biasa disebut pak ogah atau “polisi” 100 (cepek). Serta rasa kekagumanku karena tingkat kenekatanya yang luar biasa.



Dalam berdinas di jalanan, dia selalu tampil modis dan rapi serta selalu tersenyum, meski tak semua kendaraan memberinya uang tips. Tapi yang lebih membuat pemandangan ini menjadi menarik adalah, pakaian yang dikenakan nya. Terkadang dia memakai jas lengkap dengan dasi dan kaca mata hitam layaknya Mafioso Itali. Terkadang pula dia memakai pakaian ala Pangeran Diponegoro lengkap dengan sorban dikepalanya. Serta  berbagai jenis seragam yang lainya seperti memakai peci dan baju militer layaknya bung Karno.

Selain keunikan pakaian yang di kenakan, diapun memiliki aksi yang unik dalam menjalankan aktifitasnya. Selain selalu tersenyum, diapun selalu aktif dengan gaya khasnya yang bergerak kesana kemari sambil menari. Apalagi jika dalam bertugas, ada sopir kendaraan atau pengemudi  yang memberinya uang, maka tak segan-segan dia akan menari sambil berlari dan mengacungkan kedua jempol tanganya kearah kendaraan tersebut. Aksi yang unik ini tentu saja membuat para mengguna jalan terhibur bahkan tertawa dibuatnya. Tak jarang pula aku iseng sekedar memberinya uang seribu rupiah setiap kali lewat hanya sekedar untuk melihat aksi uniknya.

Keunikan aksi dari Pak Ogah ini sebenarnya tidak terlalu menolong kemacetan yang terjadi, bahkan terkadang kendaraan malah melambatkan laju kendaraanya hanya untuk sekedar melihat tingkah si Pak Ogah atau Polisi cepek itu.  
Justru dengan sebuah keunikan itu, ternyata malah membuat orang menjadi simpati kepadanya. Bahkan predikat polisi cepek ( Polisi Seratus rupiah) yang sudah umum melekat kepadanya menjadi tidak relevan lagi karena justru justu jarang sekali para pengemudi kendaraan yang memberinya 100 rupiah. Rata-rata para pengemudi ini memberinya uang kertas seribu rupiah. Mungkin karena kaunikan prilaku ini yang bisa jadi sebuah nilai tambah bagi pengatur jalanan itu, sehingga tak ada ruginya bagi pengguna jalan memberinya uang lebih.

Biasanya kita memberikan perlakuan iba terhadap para peminta-minta dijalanan ataupun para pak ogah tersebut. Dan karena ke iba an tersebut ahirnya timbul sebuah hasrat untuk memberinya uang sekedar derma. Tapi bagi pak ogah yang satu ini, justru tak ada rasa iba kepadanya, yang ada adalah rasa simpati karena apapun tindakanya adalah tidak melanggar kaidah dan terutama tidak mengerdilkan mentalnya. 
Dia melakukan sebuah terobosan usaha meski sebagian orang menggangap apa yang dikerjakanya itu adalah sekedar sebuah pekerjaan yang kurang kerjaan, di bilang demikian karena memang ada atau tidaknya pak ogah ini, tetap saja tak berpengaruh terhadap kondisi kemacetan jalanan. Tapi namanya bukan kota Jakarta kalau setiap celah yang bisa di jadikan peluang untuk mendatangkan uang tidak di manfaatkan.

Jadi apa yang di lakukan pak ogah yang satu ini selain dia mendapatkan uang, dia juga mampu untuk mengibur para pengguna jalan.  Jikalau dalam dunia marketing ada sebuah istilah  Content is only basic, but contex is the important things, maksudnya adalah banyak jenis Pak Ogah – Pak Ogah  lain yang hanya melakukan pekerjaan yang sama pada umumnya dijalanan, sehingga karena pekerjaan itu hanya dilakukan dengan cara biasa-biasa,  maka pekerjaan itu menjadi biasa saja atau Generic dan tidak memiliki differensiasi atau sebuah keunikan yang kuat atau bahkan tidak memilikinya. 
Dan yang dilakukan oleh pak Ogah yang unik ini adalah lebih kepada Contex atau bagaimana cara dia melakukan pekerjaan yang biasa itu menjadi sesuatu yang luar biasa. Contex is the Important, dia melakukan pekerjaan biasa yang umum dilakukan oleh para Ogah yang lain dengan cara-cara yang luar biasa dan memiliki differensiasi yang kuat, sehingga hasilnyapun pasti berbeda.

Prinsip-prinsip seperti ini sebenarnya layak di terapkan dalam bidang apapun, dunia bisnis, atau wirausaha bahkan dalam pemerintahan, tentu caranya tidak dengan menari-nari dijalanan seperti yang dilakukan pak ogah itu. Cukup rebuah realita ini diadopsi dari sisi filosofi positifnya saja. Sebuah Contex  atau bagaimana cara melakukan sebuah pekerjaan yang memiliki kekuatan differensiasi, cenderung akan menghasilkan output yang lebih berbobot dibandingkan dengan cara yang biasa saja. 
Sama halnya dengan sebuah prilaku manusia, umumnya manusia, melakukan konsep hidup biasa-biasa saja sehingga hidupnya pun biasa-biasa saja. Tapi bagi manusia yang memiliki prilaku luar biasa, dia akan melakukan sesuatu yang lebih dari kebanyakan manusia lakukan. Dia bekerja dengan cara dan pemikiran  yang lebih dari manusia pada umumnya, dan pasti hasilnyapun akan lebih baik. “Sesuatu yang dilakukan dengan biasa-biasa saja, maka hasilnya juga biasa-biasa saja,  tapi sesuatu yang biasa-biasa saja jika dikerjakan dengan cara yang luar biasa, maka hasilnya pasti luarbiasa. Realitas kisah Pak Ogah itu telah membuktikan. Trimakasih (WD)


No comments:

Post a Comment