Thursday 19 May 2011

PAGAR KEANGKUHAN



Sebuah rumah biasanya belum lengkap tanpa asesoris berupa pagar yang mengelilingi rumah tersebut. Apakah pagar itu berupa tembok yang tinggi, pagar bambu, pagar trails, atau bahkan sekedar pagar dari tanaman. Semua itu pada dasarnya memiliki fungsi yang sama yaitu untuk keamanan atau pembatas rumah bahkan juga sebagai asesoris untuk mempercantik penampilan sebuah rumah.



Untuk di kota besar pada umumnya rumah sudah harus berpagar dengan alasan keamanan, mungkin memang di kota besar cenderung lebih tidak aman dibanding di kampung. Tidak hanya itu saja, pagar rumah dikota besar bisa saja melambangkan sebuah keangkuhan dan sarana isolasi diri dari lingkungan sekitar atau bahkan tetangga sebelah rumah. Yaa..terserah cara mengartikanya bagaimana.

Memang tidak dapat dipungkiri jikalau manusia merasa selalu ingin dirinya atau penghuni rumah dan seisinya mendapatkan rasa aman, dan berlindung di sebuah benteng berupa pagar rumah yang kokoh.  Tetapi manakala makna pagar itu berubah menjadi symbol sebuah keangkuhan dan degradasi dalam bersosialisasi, maka rusaklah tatanan nilai-nilai kemanusiaan dimana manusia itu adalah mahluk sosial.

Rasa aman memang perlu, tetapi tidak harus merusak sistim dan tatanan nilai-nilai kemanusiaan. Pagar rumah itu adalah benda mati, mau dibangun setinggi apapun atau sekuat apapun, maka dia tetap benda mati yang tidak dapat berinteraksi layaknya mahluk sosial yang mampu berfikir.

Kalo saya membandingkan dengan beberapa Negara tetangga atau Negara Eropha,  banyak rumah-rumah mewah yang dibangun tetapi tidak memiliki pagar. Bahkan rumah mewah  selebriti dunia  pun banyak tidak berpagar.  Apakah mereka tidak ingin memiliki rasa aman…?

Memang tidak sesimple itu dalam memaknai apakah kita membutuhkan rasa aman atau tidak, mungkin lebih condong kepada dimana kita tinggal atau membangun sebuah rumah dan bagaimana lingkungan sekitar rumah tersebut.


Jika kita berbicara tentang lingkungan sekitar rumah, berarti menyangkut komunitas sebuah mahluk sosial yang lain yang tinggal di sekitarnya.

Memaknai bebagai prilaku dan karakter mahluk social disekitar kita tidaklah hanya dengan membangun pagar keliling rumah sehingga tercipta rasa aman. Yaa …aman menurut kita tetapi bisa jadi itu merupakan sebuah keangkuhan dimata lingkungan yang memiliki rumah tidak berpagar.  Tetapi begitulah karakter manusia dengan segala pemikiranya.

Jika diluar negri, rumah mewah tanpa pagar itu mungkin sudah biasa mengingat tingkat berfikir dan tingkat sosial yang sudah dalam standar kebersamaan antara tiap-tiap manusia, jadi mereka sudah berfikir bahwa rasa aman itu perlu untuk di bangun bersama-sama paling tidak dengan komunitas sekelilingnya.


Ketika sebuah rasa aman sudah terbangun dengan kebersamaan, maka segala keangkuhan akan terpupus oleh rasa kebersamaan itu dan tak diperlukan lagi seonggok tembok keangkuhan yang membatasi prilaku dan pergaulan.


Tak ada yang salah dengan pembangunan tembok rumah itu, yang salah adalah bagaimana sebuah komunitas dan prilaku sosial menjadi terdegredasi oleh prilaku manusia sendiri yang kurang bisa memaknai bagaimana indahnya kebersamaan dalam sebuah komunitas. Trimakasih (WD) 

No comments:

Post a Comment