Sunday 24 April 2011

MUSIK KNALPOT



Siapa saja yang mengdengar suara yang keluar dari kenalpot motor yang berisiknya minta ampun. Pasti macam-macam sumpah serapah yang keluar dari mulut orang yang merasa terganggu dengan suara berisik tersebut, tak terkecualipun aku.

Terkadang suara itu tak hanya membuat kupingku peka, bahkan yang ada dalam benakku saat itu adalah, apa yang dipikirkan para pembuat knalpot yang super berisik itu,  tapi apa boleh buat, ku nikmati saja sebagai bagian dari persembahan musik alam karya anak negri yang kreatif.
Suara kenalpot bahkan bisa di expresikan sebagai sebuah identitas diri bagi para penggemarnya, terserah identitas diri apa yang mereka inginkan sebagai wujud existensi mereka yang merasa harus diakui oleh komunitas yang lain.



Dalam sebuah pengakuan identitas diri atau aktualisasi diri, ternyata tak harus meruntut pada diagram Maslow dimana tingkat pengakuan atas identitas diri menempati urutan teratas setelah kebutuhan-kebutuhan yang lain terpenuhi. Aktualisasi diri pada penggemar knalpot hanya membutuhkan keberanian, kenekatan dan tingkat percaya diri yang tinggi untuk melaksanakanya. Jikalau aktualisasi diri pada teori Maslow dapat diterapkan ketika kebutuhan yang lain sudah terpenuhi, maka aktualisasi yang ini tidaklah serumit itu. Sebuah pengakuan diri atas existensi itu cukup dibuktikan atas gerutuan orang, omelan orang sumpah serapah orang yang tidak menerima existensi itu atau malah tepuk tangan orang atas sebuah pengakuan itu.  

Saat itupun aku pernah mengalami sebuah kenekatan existensi demi sebuah pengakuan dimana keberadaanku sebagai anak gaul harus di akui. Yah….dengan sebuah motor butut dikampung, buatan tahun 80 an, ku nekatkan untuk membuat suara kreatif dari knalpot motor butut itu. Tak ada yang susah untuk melakukanya, cukup kulepas saringan udara pada kenalpot motor itu…maka suaranya sudah menggila….berisiknya minta ampun….sampai-sampai para tetanggaku ngedumel…..”Dasar anak Bengal”…itulah kira-kira omelan dalam hati mereka.
Tapi memang saat itu, sebuah kebengalan terkadang diperlukan unk sebuah existensi supaya dibilang gaul gitu loh…!!!!

Yah…sebuah kenekatan dalam menunjukan existensi memang butuh banyak cara, cara yang kutempuh cukup murah, meriah dan nekat. Meskipun hasil dari existensi itu adalah negatip. Hmmm tapi negatip itu adalah subyektif….bagiku dan bagi komunitasku itu cukup menyenangkan.

Jadi apakah sebuah existensi itu harus dilakukan walau terkadang kontradiksi dengan komunitas yang lain..? menurutku lakukan saja asalakan tidak kontradiksi dengan alam. Keinginan untuk sebuah existensi itu memerlukan kreatifitas, apapun bentuknya, meskipun harus sebuah kebengalan.  Dan kreatifitas itu memaksa otak untuk bekerja sehingga memunculkan kreatifitas-kreatifitas lain yang mungkin nantinya diharapkan bisa menjadi sebuah aktualisasi diri yang positif. Trimakasih (WD)

No comments:

Post a Comment