Tuesday 3 August 2010

TAMPARAN BERSEJARAH

Awas .....ada guru BP lewat...!!!! teriaku kepada teman-teman sekolah seperjuanganku saat SMP ketika melihat guru BP berpatroli mencari siswa-siswa yang kedapatan membolos pada hari-hari tertentu. Wah....ternyata kegiatan rutin membolosku pada hari Senin pagi untuk upacara bendera, dan hari Jumat pagi untuk senam kesegaran jasmani, waktu itu kondisinya sudah tidak kondusif lagi. 
Mungkin karena banyaknya infotainment yang mengekspose kegiatan bolos itu, hingga guru-guru sekolahku pada tahu kebiasaan murid-muridnya ....padahal MUI disekolahku sudah ikut serta memfatwakan ”HARAM” menonton infotainment.


Tak jadi soal ..membolos rutinpun tetap berjalan, padahal aku membolos hanya untuk tidak ikut upacara dan sanam pagi saja, setelah itu biasanya aku tetap masuk kelas. Sampai suatu saat, ahirnya akupun tertangkap dan menyerahkan diri tanpa perlawanan dengan kibaran bendera putih.
Digiringnya aku dan beberapa teman seperjuanganku untuk menjalani sidang kode etik yang digelar oleh badan kehormatan di sekolahku. Perasaanku waktu itu hanyalah ketakutan yang amat sangat, karena kutahu Guru BP disekolahku itu terkenal galak dan berbadan kekar, ” Pak Sukendar” namanya. Ngeri rasanya bagi tim pembolos kalo mendengar nama itu, tapi semua harus kuhadapi dengan jiwa ksatria.
Dan benar saja, saat yang menegangkan pun tiba....dengan kumis melintangnya, Pak Kendar masuk keruang BP..... muka merahnya terlihat marah sekali......dan tanpa basa basi sedikitpun, tangannya yg kekar langsung melayangkan beberapa tamparan keras ke mukaku dan beberapa temanku sambil teriak ”Murid Bandel...Bodoh ”. Kaget sekali rasanya aku...baru kali ini selama masuk sekolah aku mendapatkan tamparan atas kesalahanku.
Cukup lama aku tertegun dan merenung atas tamparan itu, untungnya waktu itu tidak terpikir sedikitpun olehku untuk melaporkan ke Komnas perlindungan anak atau ke Polisi atas tindakan pemukulan. Boro-boro itu kulakukan, melapor ke orang tua sendiri pun tak ada keberanian.
Sampai ahirnya aku berada dalam sebuah titik dimana aku merasa bersalah.  Waktu itu aku baru masuk kelas 2 SMP, dan masih panjang perjalananku kedepan, itulah pemikiranku waktu itu, sebuah pemikiran yang menurutku cukup rasional untuk anak seusiaku waktu itu.
Permasalahan TAMPARAN itu sungguh membekas dalam hati sampai saat ini, ”kubuktikan kepadamu ..wahai bapak Sukendar yang terhormat, bahwa aku memang bandel tapi aku tidak bodoh” batinku waktu itu meletup-letup seperti kompor Gas elpiji 3 kg yang hendak meledak.

Dan tenyata motivasi tamparan dan internal motivasiku berjalan efektif, kelas 2 SMP naik ke kelas 3 dengan predikat juara, meskipun Cuma juara 2 dikelas...habisnya yang juara 1 anaknya cewek dan cantik pula, mungkin wali kelasku yang saat itu adalah pria, lebih suka ke dia dari pada aku.....hehehe. ngelesku seperti bajai milik bajuri.
Pada ahirnya aku masuk di kelas 3 pada kelas favorite, karena setiap kenaikan kelas pasti semua siswa akan di saring lagi berdasarkan prestasinya dan ditempatkan pada kelas yang sesuai dengan prestasinya juga.

Tak pernah kubanyangkan sebelumnya aku harus bersaing di kelas dengan siswa-siswa diatas rata-rata. Yang ada dalam benaku saat itu adalah, mudah-mudahan saja aku ketularan pinter, dan ternyata benar, sedikit-sedikit aku tertular virus-virus mereka,.....jadi jarang bolos dan rajin belajar kelompok, bahkan dengan lobi-lobi politiku, siswa terpandai dikelas yang merupakan juara umum disekolahku pun berhasil aku dekati dan jadi temen akrabku waktu itu.
Kupelajari gaya hidupnya, cara belajarnya, pola pikirnya dan akupun sering menginap dirumahnya, kebetulan siswa terpandai ini adalah cowok, jadi aku lebih leluasa dalam mengamatinya.  
Ternyata begini saja kehidupanya, tak beda jauh dengan kehidupan siswa-siswa yang lainya. Ternyata siswa terpandai yang juga juara umum itu, tetap saja manusia biasa yang masih mau menyontek juga kalo kepepet pada saat ujian. Apa boleh buat ku tiru juga cara dia menyontek jika kepepet. Bahkan saat ujian, terkadang ku lobi dia agar mau duduk semeja denganku dengan harapan bisa menyonteknya juga.

Begitulah...Bagiku Tuhan memang menciptakan manusia itu sebenarnya sempurna, bukan seperti syair lagu D’ NASIP  yang katanya “ Tak ada manusia yang terlahir sempunya” , bagiku dan prinsipku Tuhan menciptakan manusia itu sempuna, ketidak sempurnaan itu adalah ulah kita sendiri.
Seperti halnya aku dan siapa saja, tak luput dari kesalahan yang kita perbuat atau orang lain perbuat.
Lingkungan memang sangat berpengaruh bagi prilaku kita, kalo mau ketularan pinter yah bergaulah dengan orang pinter. Kalo mau jujur ya bergaulah dengan orang-orang yang jujur.
Jikalau tamparan pak guru itu benar-benar membuatku merasa berguna sebagai manusia dan mungkin tamparan itu pula yang merubah otaku yang agak konslet dengan kebandelan menjadi lurus kembali.
Hanya karena sekali Tamparan saja aku bisa juara 2 dikelas dan masuk kelas favorite, lalu bagaimana kira-kira jikalau sering-sering mendapat tamparan yah...?   (WD)       

No comments:

Post a Comment