Tuesday 3 August 2010

SAPU LIDI KARYAKU

Membuat sapu lidi dari daun kelapa memang sebuah budaya yang sudah membudaya di kampungku, selain murah juga gampang menemukan bahan bakunya. Jangankan untuk membeli, minta sama tetangga di kampung pun pasti akan di beri, yah...paling tidak disuruh manjat pohon kelapa sendiri, metik sendiri dan bikin sapu lidi sendiri.

Tradisi ini mengingatkanku waktu zaman sekolahku SMP dulu di kampung, dimana saat-saat selesai masa liburan sekolah dan masuk tahun ajaran baru atau semester baru,  biasanya guru BP mewajibkan masing-masing siswa untuk membuat segepok sapu lidi buatan sendiri untuk di kumpulkan di sekolah, maklumlah sekolahku dulu meskipun statusnya negri, tapi belum ada peraturan subsidi 20% dana APBN untuk pendidikan, jadi semua beban terpaksa di bebankan ke siswa dan tak terkecuali parmasalahan tender proyek pengadaan sapu lidi. Proyek sapu lidi ini di jamin tidak ada suap menyuap, uang pelicin, apalagi uang komisi, karena semuanya gratis.


Bagiku sendiri sebenarnya bukan masalah yang besar untuk membuat segepok sapu lidi, apalagi aku sendiri punya pohon kelapa di kampung. Tetapi mungkin karena kemalasanku atau kebandelanku waktu itu, sapu lidi itu bahkan tak pernah ku buat, meskipun sangsi sekolah dengan tegas mengatakan ” Barang siapa sengaja atau tidak sengaja, lupa atau sadar, malas atau bandel, tidak membawa sapu lidi pada waktu yang telah ditentukan, maka pengadilan tinggi di sekolahku memutuskan untuk menghukum siapa saja dengan hukuman mengisi seluruh bak kamar mandi sekolah dengan air menggunakan sarana ember demi ember yang di angkut secara manual dari sumur dengan cara menimbanya.
Memang sungguh kejam hukuman ini waktu itu, bahkan upaya banding di Mahkamah Agung sekolah pun akan di tolak mentah-mentah.

Tapi memang dasarnya bandel dan malas tapi sedikit cerdik, aku selalu lolos dari hukuman. Pada saat hari pengumpulan sapu lidi itu tiba, maka otak jahilku mulai bekerja dengan cepat namun tepat, karena dari sekian ratus siswa disekolahku itu kumohon keiklasanya untuk masing-masing menyumbangkan beberapa halai sapu lidi mereka kepadaku, meskipun terkadang aku agak sedikit memaksa juga bagi siswa yang malas menyumbang......dan pada ahirnya terkumpulah segepok sapu lidi sepesial miliku yang siap ku serahkan kepada sekolah sebagai hasil karya jerih payahku. 
Niscaya akupun membayangkan  kalo seluruh rakyat di negriku ini memiliki jiwa seperti temen-temen sekolahku, yang dengan suka rela mau menyumbangkan sedikit saja hartanya untuk membantu sesama yang miskin di negriku dengan cara yang tepat pula, karena untuk berharap banyak dari pejabat negri ini, kok rasa-rasanya susah.
Mungkin kemiskinan rakyat dinegriku tak akan ada yang sampai masuk pada tahap siaga 1. Apalagi kalo upaya ini ditingkatkan sampai pada tinggkat dunia, dimana negara yang kaya membantu dengan sukarela kepada negara yang miskin dengan cara yang tepat pula.......maka Indahnya dunia ini.(WD)
     

1 comment: