Tuesday 3 August 2010

MOBIL MEWAH TUA

Keinginanku waktu itu untuk memiliki sebuah mobil memang menggebu-gebu, sebagai identitas diri dan sebagai aktualisasi diri itulah kira-kira alasan noraku waktu itu. 
Tak hanya itu, selain keinginnan untuk memiliki mobil, akupun tergolong orang yang agak sok memiliki selera tinggi terhadap merek mobil,       ” memang pejabat aja yang punya selera tinggi ” pikirku mengafirmasikan seleraku tersebut. 
Dengan bermodalkan 95 % nekat dan 5 % dukungan keuangan, ku bulatkan tekatku untuk membeli sebuah mobil mewah hitam buatan Jerman, sebut saja Mercy. 
Meskipun waktu itu harganya murah, tapi yang penting Mercy. Sehingga jika ada orang atau teman yang bertanya tentang mobil apa yang kupakai, maka kujawab dengan mantap, ”Mercy”, meskipun agak malas kujelaskan bahwa usia mobilku itu jauh lebih tua dari usiaku sendiri.


Kurawat dengan baik mobil mewah itu, sampai-sampai frekuensinya kalo ku hitung-hitung lebih banyak di bengkel dari pada kupakai. Dari mulai mobil itu nampak seperti besi tua, sampai ahirnya mobil itu nampak seperti sebuah benda klasik dan antik serta nyentrik, dan bahkan tak terasa biaya bengkel yang kukeluarkan ternyata jauh diatas harga mobil itu sendiri...”.wah..ga pa-palah, namanya juga mobil mewah”, batinku. 

Kemudian dengan bangganya kupakai mobil itu keliling kota dengan harapan, orang akan menoleh ke arahku dan berbisik,”wah keren”, aktualisasi diri itulah yang ku harapkan. Meskipun mobil mewahku itu memiliki hobby yang kurang kusuka yaitu, selalu belok kiri jikalau melihat ada pom bensin, maunya selalu mampir untuk minum karena boros bahan bakar.

Sampai suatu ketika, mobil mewahku itu kupaksa jalan agak cepat dijalanan bebas hambatan tak perduli kondisi mesin yang memang sudah tua...ditambah alunan musik rolling stones, maka bertambah klasik dan tua saja mobil mewah itu. 
Tak kusadari bahwa temperatur mobil itu naik sampai over heat, sehingga keluar asap dari kap mobil tersebut hingga mobil itu ahirnya berhenti dan mati total,  seperti ada yang meledak di dalam kap mobil itu. ”Wah......Wassalam Nih ” batinku. 
Dan pada ahirnya kisah dari perjalanan mobil mewah tuaku itu berahir di Iklan surat kabar pada kolom ’JUAL” iklan lebih lengkapnya,”jual mobil cepat, butuh uang ”

Benar saja, sebuah realitas keadaan, terkadang memaksa kita untuk melakukan apa saja demi sebuah aktualisasi diri, pengakuan diri serta prestice jika secara hukum piramida Maslow, semua kebutuhan utamanya sudah terpenuh.
Caraku ini tidak salah, tapi akan banyak masalah jika memaksakan diri tanpa pertimbangan yang matang dan kusadari itu umum dan bisa terjadi pada siapa saja demi mendapatkan pengakuan diri.(WD)

1 comment: