Tuesday 3 August 2010

”MBAH”

”Mbah”, ya...itulah sebutan atau panggilan untuk seseorang yang menjadi ibunya/bapaknya orang tua kita, atau bisa juga panggilan untuk orang-orang yang sudah terlihat ”sepuh”.
Tapi lain keadaanya untuk ku, untuk umurku yang mungkin masih jauh untuk mendapat gelar ”Mbah”, ternyata secara hirarki keluargaku,  gelar ”mbah” tersebut sudah pantas aku sandang, karena sepupuku sudah punya Cucu.

Berat rasanya menyandang gelar ini, bukan karena ”Angpau” yang harus kukeluarkan untuk diberikan kepada cucu-cucuku pada saat lebaran tiba, tapi lebih kepada status sosialku sebagai seorang ”Embah” yang harus aku perlihatkan kepada cucu-cucuku layaknya seorang ”Embah”, disamping keinginanku yang masih ingin bergaya sebagai anak muda belia.
Rasa tersanjungpun kadang-kadang muncul apabila cucu-cucuku itu memanggilku dengan sebutan Mbah Windu, wahhh.....serasa tuwir aku ini.

Tapi apa boleh buat, sebuah hirarki keluarga tidak bisa di hindari atau dimanipulasi. Waktu terus berjalan dan pada saatnya nanti, semua orang bakal mendapatkan gelar tersebut, jikalau umur dan hirarki keluarganya mencapai. Gelar yang di berikan secara kodrat yang sebagain besar orang berpendapat bahwa, gelar tersebut adalah gelar bagi orang-orang yang sudah mendekati senja hidupnya,....walah tambah serem ini.

Tatkala gelar ini sudah menjadi identitas kita, maka sudah selayaknya prilaku ini, kita cerminkan kepada hati layaknya seorang ”Mbah” yang bijaksana dalam berprilaku. Berbahagialah bagi mereka-mereka yang sudah diberikan kehidupan dan mencapai atau menyandang gelar ”Mbah”, karena secara hirarki umum ke Umuran, biasanya orang-orang ini, hidup dan berumur rata-rata di atas 55 tahun atau bahkan 70 tahun atau bahkan lebih.
Tapi, tak ada yang tahu berapa umur manusia, dengan atau tanpa gelar ”mbah”,  mestinya kita sikapi kehidupan ini dengan ”filosifi positif keEmbahan”. (WD)


No comments:

Post a Comment