Monday 14 November 2011

UANG






Siapa sih yang tidak mau uang, sebuah benda yang bernilai segalanya bagi yang gila uang. Dan memang dewasa ini semua butuh uang demi untuk kelangsungan hidup. Manusia menuntut ilmu sampai tinggi juga memerlukan uang dan pada ahirnya juga mengharapkan pekerjaan yang layak demi uang. Uang seolah sudah mengatur segala aktifitas di dunia ini. Dari mulai perpolitikan, perdagangan, keilmuan, bahkan kegiatan keagamaan.



Memang ada yang bilang sesuatu yang tidak bisa di ukur dengan uang adalah kebahagiaan, kesehatan, cinta, dan ada beberapa hal lainya. Tapi cobalah jika dianalisa dengan seksama, sebahagianya seseorang jika dia tidak punya uang pasti juga masih ada sesuatu yang mengganjal, tetapi jika punya uang kita bisa melakukan sesuatu yang membahagiakan diri kita juga untuk orang lain. Kesehatan memang tidak bisa dinilai dengan uang, tetapi dengan banyak uang kita bisa melakukan kontrol terhadap kesehatan diri kita. Cinta juga tidak bisa diukur dengan uang, tetapi dengan uang kita bisa lebih memaknai perasaan cinta dan lebih menghargai makna cinta. Memang semua itu tergantung dari prilaku manusianya. Uang ibarat pedang bermata dua. Bisa bermanfaat dengan baik jika betul dalam penggunaanya, tapi juga bisa berakibat buruk pada diri kita jika kita tidak bijak dalam menggunakanya.

Dalam sejarah penciptaan uang, memang uang sebagai siplifikasi dari barter barang. Jika zaman dulu sebelum ada uang, maka pertukaran dilakukan dengan barter barang. Dan seiring waktu uang merupakan komiditi pertukaran yang berlaku saat ini. Jika kita analisa, nominal uang itu ada bermacam-macam ditiap-tiap Negara, tetapi bagaimana nilai intrinsik sebuah uang bisa sesuai dengan barang yang kita beli.  Misalnya Kita mempunya uang USD 1, biaya cetak uang tersebut hanya USD 0.05, sehingga selisih antara biaya cetak dan nominalnya adalah sebesar USD 0.95 atau makin besar Selisihnya, maka makin besar perpindahan kekayaan dari pengguna uang tersebut kepada penerbitnya. Inilah yang menjadi salah satu penghancur sejatinya sebuah mata uang. Dan itulah yang saat ini terjadi di dunia. Ada pihak-pihak yang memaksa secara halus untuk menyimpan nominal uang dari pada komoditi barang,agar mudah dikontrol dan dipermainkan karena uang begitu mudahnya mengalami fluktuasi dibanding dengan barang.  jika perhitungan Uang kita Saat ini 1 USD Rp. 9000 (14 November 2011),- maka nilai selisih antara biaya cetak dan nilai nominalnya adalah USD 0.95 x Rp.9000 =Rp.8550,-  jadi  nilai yang sebenarnya yang kita miliki adalah Rp.450,- Bayangkan kalo uang kita USD 1.000.000,- hitung sendiri jika terjadi krisis mata uang yang dipegang nilainya hanya seonggok kertas saja.- 1 Coin USD biayanya hanya 16 cent.

Jika kita ambil sebuah analisa misalkan saja harga EMAS hari ini Rp.560.000/gram dan kurs 1 USD terhadap rupiah adalah Rp.9000, sehingga 1 gram emas setara dengan Rp.560.000/Rp.9000 = USD 62.2 dan Jika Amerika membeli 1 Kg Emas dari Indonesia maka Rp. 560.000 x 1.000gram = Rp.560.000.000- Dibayar dengan Uang Dollar Rp.560.000.000 : Rp.9000 = USD 62.222,22 Uang ini selisih dengan biaya cetaknya adalah USD 62.222,22 x 0.95 = USD 59.111,10 Selisih nilai kertasnya jika USD ambruk maka Emas 1 Kg setara denganRp. 2955,55,-

Jika dahulu di Amerika setelah perang dunia 1 dan ke 2 ada semacam sistem yang disebut Bretton Wood Agrements yang pada intinya, Setiap mencetak dolar AS sebagai uang tunggal (unipolar currency) yang dipergunakan sebagai alat transaksi di seluruh dunia harus dijamin dengan emas (gold standard). Sehingga memegang uang dolar AS sama baiknya seperti memegang emas. Namun karena adanya devisit akibat perang Vietnam, maka pada tahun 1971 Presiden Richard Nixon mencabut sistem tersebut dan Semenjak itulah AS bebas mencetak uang tanpa batas untuk memacu pertumbuhan ekonominya.

Seandainya kebijakan Breton wood agreement itu diberlakukan kembali, mungkin Amerika akan lebih giat untuk mengeruk Emas yang ada di Papua melalui Free Port nya. Yang menjadi kekhawatiran adalah dengan dicetaknya USD  sebanyak-banyaknya didunia tanpa dijamin dengan Emas, maka saat USD terpuruk maka akan terpuruk pula Negara-negara atau pihak-pihak yang telah tertipu dengan menyimpan USD direkeningnya. Sementara Amerika sendiri tidak kawatir karena mereka telah menumpuk cadangan Emas yang ada di didunia dengan cara membeli dengan harga USD sebelum nilai USD terpuruk . Dengan kata lain sebuah saran kecil, maka investasi dengan Emas adalah lebih aman daripada Uang.

Jika berbicara uang, maka tak lepas juga dari sistim mata uang yang ada di dunia yang dewasa ini mengarah ke penghapusan uang cash. Peraturan di Bank Indonesia pun memperketat terhadap proses penyetoran uang cash yang melebihi jumlah yang diharuskan dengan alasan mencegah praktek money laundry. Apapun alasanya adalah demi untuk mengurangi jumlah uang fisik yang beredar di Indonesia dan dunia dan juga mengurangi transaksi uang cash.  Sedemikan banyak program didunia yang yang mengharuskan transaksi menggunakan non cash transaction atau menggunakan debit card atau credit card. Dari segi keamanan memang lebih aman menggunakan transaksi non cash, namun tanpa disadari tidak semua pihak bisa dan mampu untuk melakukan transaksi tersebut dengan kendala peraturan yang diberlakukan. Saat ini pun mungkin belum semua transaksi non cash diberlakukan, namun seiring dengan perkembangan zaman, transaksi seperti itu pasti akan terjadi.  Di Indonesia saja misalnya kalo mau belanja ke pasar modern atau mall mewah, maka sudah pasti konsumenya membayar dengan debit card atau credit card. Bahkan tak sedikit transaksi hanya boleh dilakukan dengan non cash transaction.

Bukan bermaksud menghubungkan dengan apapun, tetapi saya jadi teringat akan sebuah kitab dalam surat Wahyu di perjanjian Baru tentang hubungan antara non cash transaction, mata uang tunggal dan ahir zaman dan saya coba simpulkan menurut subyektifitas saya. Jika suatu saat mata uang di dunia sudah bersatu maka ahir zaman sudah dekat, ini dibuktikan dengan sudah bergabungnya mayoritas Negara-negara Eropa dalam EURO. Kemudian sistim non cash transaction mengacu kepada penghapusan uang cash secara perlahan dan diganti dengan kartu kredit dan debit card. Cara itu dinilai mampu untuk mengidentifikasi seluruh data-data manusia dan ahirnya berlakukah seleksi alam bagi yang dapat memiliki kartu kredit atau debit card lah yang boleh berbelanja atau boleh berniaga dan sisanya mati.

 kutipan dari Kitab Wahyu 13:16-18 yang berbunyi ;
16
 Dan ia menyebabkan, sehingga kepada semua orang, kecil atau besar,    
kaya atau miskin, merdeka atau hamba, diberi tanda pada tangan kanannya atau pada dahinya,
17
 dan tidak seorang pun yang dapat membeli atau menjual selain dari pada mereka yang memakai tanda itu, yaitu nama binatang itu atau bilangan namanya.
18
 Yang penting di sini ialah hikmat: barangsiapa yang bijaksana, baiklah ia menghitung bilangan binatang itu, karena bilangan itu adalah bilangan seorang manusia, dan bilangannya ialah enam ratus enam puluh enam.

Kutipan Kitab itu tidak hanya menceritakan sekelumit tentang mata uang tunggal dan ahir zaman, tapi juga semua kegiatan pepolitikan, perdagangan dan keagaaman di dunia serta arah dan tujuan ahirnya yang mungkin tidak saya kupas dalam artikel ini.

Pada intinya semua kegiatan keuangan dunia akan mengarah kesana dan sepertinya tidak ada yang mampu untuk membendungnya, karena memang penguasa dunia lah yang memutuskanya untuk terjadi.
Jadi bisa dibanyakan, kemajuan teknologi financial terutama kebijakan mata uang tunggal dan non cash transaction itu mengarah kemana dan dengan tujuan apa. Bagi yang tidak paham, mungkin kondisi itu akan di lihat sebagai sebuah kemajuan yang mengarah kepada kemakmuran dan kesejahteraan manusia semata tanpa menyikapi dampaknya bagi manusia dan bahwa hal itu sudah tersurat dalam al kitab.

Sebuah buku yang menurut saya menarik untuk dibaca yang khusus membahas angka misteri yang tertulis Kitab Wahyu yaitu 666 oleh Marry Stewart Relfe, diterbitkan tahun 1982, dengan judul besar “666”, dan diklaim sebagai buku bestseller. Buku itu meringkas bahaya dari konspirasi dalam barcode berupa penerapan teknologi Barcode pertama kali dilakukan pada produk barang, disusul kemudian pada kartu, dan akan merubah menjadi sesuatu yang mengerikan dalam masyarakat yang tidak lagi menggunakan cash money
Artinya, konspirasi akan menyedot uang masyarakat ke dalam brangkas bank (Amerika), juga emas dan segala batu mulia, sedangkan di tengah masyarakat mereka hanya diberikan “uang plastic” atau kartu kredit dan debit card. Dan ini merupakan muslihat dari Amerika ketika semua orang tunduk kepada konspirasi buatan Amerika tersebut.

Transaksi elektronik di Indonesia pun merupakan bagian dari konspirasi kearah non cash transaction…..serem yah..semua semua berbau seperti itu…tapi memang dikondisikan seperti itu seolah-olah memang ini kemajuan zaman, memang kemajuan zaman sih dan manusia banyak yang tidak menyadari muslihat itu. Dan tak punya daya untuk menolak kemajuan zaman berikut dampaknya, bagi yang sudah tahu cuma bisa berhikmat dan bertawakal saja. Trimakasih (WINDTRA)  

No comments:

Post a Comment