Friday 30 September 2011

FILM GERAKAN 30 SEPTEMBER




Film itu sungguh mengesankan dan mengerikan saat itu, sangat teringat dan melekat di benakku. Betapa tidak, dari zaman SD hingga Kuliah, setiap tahun disuguhi film yang ber genre perjuangan namun juga sadisme. Ketika itu memang tak ada yang merasa salah dengan film itu, kita di doktrin untuk mengikuti alur cerita, seolah-olah begitulah fakta sejarah membuktikan. Setiap tanggal 30 September malam hari, biasanya sudah ku siapkan mental untuk selalu melihat film itu meski terkadang pada adegan-adengan tertentu terpaksa kututup mukaku dengan sarung atau bantal. Kututup mukaku bukan karena ada adegan pornografinya tapi karena ada adegan yang saat itu benar-benar sadis, apalagi film itu pasti diputar dimalam hari.



Dari mulai adegan pertama sampai ahir film itu sungguh menegangkan, apalagi jenis arransment musik yang digunakan untuk film itu pun juga menakutkan dan berbekas sampai sekarang. Sungguh sebuah tontonan yang menarik tapi juga menegangkan dibandingkan dengan film sundel bolong nya Suzana. Memang hebat aura film itu menjadi film abadi yang pernah ada dan sempat membenak jelas di puluhan juta rakyat Indonesia. Bahkan film itu pun menjadi bagian dari fakta sejarah yang pernah ada di negri ini di luar kontroversi yang juga muncul dari keberadaan film itu.

Tapi apapun itu, dan diluar kontroversi yang muncul, tetaplah sebuah film yang menghibur kala itu. Rasanya kalo setiap penayangannya dan tidak nonton, kok merasa seperti kurang memiliki rasa nasionalisme waktu itu. Memang sebuah film perjuangan di buat selain untuk hiburan, juga untuk memupuk rasa nasionalisme, cinta tanah air dan bangsa serta yang tidak bisa di pungkiri adalah sebuah alat propaganda politik. Dan film-film sejenis itu dibuat untuk sebuah kepentingan politik tingkat tinggi oleh pihak-pihak penguasa atau pihak yang berkepentingan.

Untuk di negri ini memang film-film bernuansa propaganda sepertinya belum mendapat tempat yang bebas oleh penguasa, apalagi jenis film G30S/PKI yang katanya sarat dengan rekayasa dan tidak layak lagi untuk ditayangkan di era reformasi. Namun begitu masih banyak film-film perjuangan yang layak tayang demi untuk memupuk rasa nasionalisme dan menguak fakta sejarah yang lain.

Sebuah film selain dibuat untuk hiburan biasanya ada pesan-pesan moral yang muncul, apalagi jika diluar negri seperti, Amerika atau China, film-film dibuat untuk unjuk kekuatan, propaganda politik, agama bahkan perang dingin antar Negara. Tak jarang film-film dibuat dengan mengadopsi dari ringkasan kitap suci yang di kombinasikan dengan peradaban baru, sehingga tak hanya menjadi tontonan menarik, tetapi ada pesan-pesan religi yang sengaja di masukan untuk sebuah propaganda dan kepentingan suatu golongan.

Ada juga film-film yang bernuasa kepahlawanan yang dibuat untuk unjuk kekuatan militer Negara tertentu. Bahkan tak sedikit film-film yang sengaja dibuat oleh sebuah production house di suatu Negara yang bertujuan untuk menakut-nakuti Negara lain dengan kecanggihan teknologi militer dan intelejen yang di milikinya. Film-film itu dibuat dengan biaya yang tinggi karena bertujuan untuk tujuan yang besar pula, bahkan tujuanya bisa universal kesegala lini. Sehingga biaya pembuatan film dan nilai keuntungan dari penjualan tiket hanyalah sebuah nilai yang kurang berarti jika dibandingkan dengan dampak isi dan pesan yang akan di tampilkan oleh cerita film tersebut.

Menurutku film itu layaknya sebuah kehidupan dari dimensi lain yang ada selain dari yang kita jalani saat ini, sehingga apapun tema cerita sebuah film akan menjadi menarik jika menampilkan sesuatu yang unik, aneh, canggih dan agak menyimpang dari apa yang sebenarnya terjadi dalam rutinitas hidup sehari-hari. Terkadang sebagai penikmat film aku sering memaki sang penulis cerita jika menanyangkan film yang kurasa konyol bahkan bodoh. Makianku itu cukup beralasan, karena film itu dinikmati jutaan orang diseluruh dunia, dan sebuah film yang sudah pernah kita tonton, maka alur ceritanya akan tertanam dalam otak bawah sadar kita yang sewaktu-waktu dapat muncul jika kita berada dalam suasana yang mungkin mirip dengan cerita di film itu. Dan kita bisa saja meniru berbagai adegan bodoh dan konyol yang pernah kita tonton. Sungguh sebuah pembelajaran yang buruk. Tetapi ada teori seorang penulis script film yang katanya jika para penonton bereaksi keras terhadap alur ceritanya, maka justru film itu berhasil masuk kedalam emosional penonton yang menandakan sebuah keberhasilan.

Tapi tak sedikit pula seorang penulis naskah film benar-benar membuat hayalan ku berada dalam sebuah kekaguman luar biasa. Yang terpikir dalam benaku adalah “….Kok Muncul yah, pemikiran dan imaginasi seperti itu….?....”. sungguh luar biasa dan di luar akal sehat, itulah kira-kira bahasa batinku yang berada dalam kekaguman. Jika sebuah film saja dapat di buat dengan sedemikian rupa alur cerita, berarti dunia ini pun dapat dibuat seperti sebuah cerita film dan siapapun yang menjadi sutradaranya adalah orang yang sangat berpengaruh bahkan dapat mengatur dunia sehingga mau dibuat seperti apa dunia ini pun tinggal disesuaikan dengan script ceritanya.

Adakalanya sebuah film berisikan imaginasi fiktif yang kebanyakan orang beranggapan tak mungkin terjadi di dunia nyata. Ops….jangan salah justru sebuah realita hidup yang saat ini terjadi merupakan awal dari sebuah imaginasi yang anggapan sebelumnya tidak mungkin direalisasikan. Contok kecil adalah film bernuasa Alien atau UFO (Unidentified Flying Object). Film itu awalnya hanya sebuah hanyalan, namun dewasa ini banyak fenomena akan kemunculan UFO di beberapa bagian Bumi ini. Ada lagi film tentang teknologi CLONING ( pembuatan manusia ). Apakah itu sebuah imaginasi fiktif, No……itu terlaksana saat ini dan nyata dapat dilakukan. Memang tidak seluruh film itu benar-benar ada di dunia nyata, tergantung konteks film itu sendiri.

Jadi sebuah film merupakan ekspresi sebuah imaginasi seseorang yang tertuang dalam dimensi lain berupa sebuah alur cerita untuk di lihat, ditonton dan di maknai oleh para penikmat film. Bisa dari kisah nyata atau sekedar imaginasi fiktif atau bahkan ramalan dimasa yang akan datang. Terserah tanggapan dari para penikmat film itu sendiri dalam melihat dan memaknainya.  Namun seyogyanya dalam melihat tayangan film, kita harus benar-benar mampu untuk mencerna dan mengambil hikmah yang tertuang dalam alur sebuah cerita, sehingga secara cerdas kita pun mampu untuk memilih film-film yang berkualitas dan dapat dijadikan sebuah inspirasi dalam hidup

Tapi untuk film G30S/PKI, yang sudah diputar selama beberapa dasawarsa, cukuplah kiranya film itu menjadi fakta sejarah yang penuh dengan kontroversi akan kebenaran dalam sebuah rekayasa. Yang tersirat dalam para penikmat yang pernah nonton film tersebuat adalah film yang penuh dengan kontroversi, dan ke kontroversian itupun cukup ahirnya menjadi bagian dari film itu sendiri tanpa sebuah bukti yang dapat di ungkap dan di jelaskan kepada kita. Trimakasih (WINDTRA)  
.  
     

No comments:

Post a Comment